Batu Lanting (Foto: Mongabay) |
AchehNetwork.com – Kepulauan Banyak, Aceh Singkil, selain memukau mata dengan gugusan pulau-pulunya yang memesona, juga menyimpan cerita-cerita menarik yang mengalir dari generasi ke generasi.
Salah satunya adalah legenda Batu Lanting, sebuah batu karang kokoh yang berdiri tegak dekat Ujung Silinger, Kampung Haloban Lama di Kecamatan Pulau Banyak Barat (PBB).
Mitos Batu Lanting sebenarnya mengandung arti “batu terlempar” dalam bahasa lokal.
Ceritanya berawal pada masa lalu, ketika sebuah kapal besar sedang berlayar melalui perairan di sekitar Ujung Batu, kini bagian dari wilayah Kecamatan Pulau Banyak.
Tiba-tiba, ombak besar datang menerjang. Daerah ini dikenal dengan ombaknya yang kuat karena terbuka langsung ke laut lepas.
Meskipun terkenal karena ombaknya, daerah ini juga kaya akan ikan karena memiliki karang-karang besar di dasar laut dengan kedalaman hingga 120 meter.
Namun, akibat terjangan ombak yang dahsyat, kapal itu pecah menjadi potongan-potongan.
Potongan depan kapal yang terlempar oleh kekuatan ombak menjadi batu karang yang dikenal dengan nama Batu Lanting.
Sekarang, Batu Lanting telah dikelilingi oleh pohon-pohon yang tumbuh di atasnya.
Batu ini berdiri terpisah dari pulau lainnya dan terletak di Samudera Hindia.
Namun, setelah diperhatikan dengan lebih cermat, ternyata Batu Lanting masih terhubung dengan Ujung Silinger.
Beberapa bagian batu meresap ke dalam laut, sementara sebagian lainnya menonjol di atas permukaan dengan luas hampir seukuran lapangan voli.
Ketika air laut surut, Batu Lanting tampak lebih tinggi dan menonjol.
Namun, keberadaan Batu Lanting tidak mudah terlihat karena bukanlah di jalur lintasan antara Singkil dan Pulau Banyak Barat.
Batu ini hanya terlihat saat kapal berlayar menuju Ujung Silinger.
Sementara itu, potongan bagian belakang kapal yang tetap berada di sekitar Ujung Batu, Desa Teluk Nibung, disebut Batu Mandulang atau Badulang karena bentuknya yang menyerupai dulang kapal dengan kamar-kamarnya.
Kisah ini menjadi legenda yang kuat karena bentuk kamar-kamar batu karang sangat mirip dengan kamar-kamar di dalam kapal.
“Kisah ini diturunkan dari generasi sebelumnya dan belum pernah diarsipkan,” ujar Saiful Umar, Kepala Dinas Perikanan Aceh Singkil yang merupakan putra Pulau Banyak.
Batu Mandulang di Ujung Batu dulu pernah menjadi destinasi wisata populer di Kepulauan Banyak. Tempat ini menjadi tempat favorit para pelancong untuk swafoto.
Dinding batu karang dengan air laut berwarna tosca sebagai latar belakang menciptakan suasana yang menakjubkan.
Dari Desa Teluk Nibung, wisatawan dapat mencapai tempat ini dengan berjalan kaki melalui pantai dan jalan setapak di hutan muda.
Perjalanan ini menawarkan pemandangan beragam bentuk dinding karang dan akar pohon pandan yang sudah berusia puluhan tahun.
Ketika tiba di tujuan, keletihan seketika sirna ditiup angin laut yang menyegarkan dan udara sejuk dari pepohonan yang rimbun.***
Editor : ADM Acheh Network