ACHEHNETWORK.COM – Kematian Meurah Pupok merupakan salah satu tragedi terbesar dalam sejarah Kerajaan Aceh Darussalam.
Ketika penasihat-penasihat Sultan Iskandar Muda bertanya mengapa beliau tega memancung putranya sendiri, sang sultan menjawab dengan penuh filosofi: “Maté aneuk meupat jeurat, maté adat hana pat mita” (Mati anak ada makam, mati adat tiada tempat dicari).
Namun, apa sebenarnya yang terjadi sehingga putra mahkota ini harus menghadapi hukuman mati?
Awal Mula Tragedi
Tragedi bermula dari laporan seorang tentara Pedir ( Pidië )yang menuduh Meurah Pupok telah berzina dengan istrinya.
Tentara tersebut mengaku telah membunuh istrinya sendiri dan meminta keadilan kepada Sultan agar Meurah Pupok dihukum mati.
Sultan Iskandar Muda menyerahkan kasus ini kepada Qadhi Malikul Adil, Ketua Mahkamah Kesultanan Aceh.
Namun, Putroe Phang (Putri Kamaliah), salah satu istri Sultan, bersikeras bahwa Sultan sendiri yang harus menjatuhkan hukuman.
Meskipun banyak pihak, termasuk Panglima Wazir Mizan, mencoba mencegah eksekusi, desakan Putroe Phang tidak bisa dibendung.
Akhirnya, Meurah Pupok dihukum pancung di hadapan ribuan rakyat, meski Sultan sebenarnya meragukan tuduhan terhadap putra mahkotanya yang dikenal taat itu.
Keluarga Sultan Iskandar Muda
Menurut catatan sejarah, Sultan Iskandar Muda memiliki dua istri utama.
Meurah Pupok adalah putra dari istri pertamanya, seorang putri Gayo, sedangkan Safiatuddin adalah putri dari istri kedua, Putroe Tsani, yang merupakan putri Kerajaan Pedir (Pidië).
Putroe Phang sendiri adalah putri dari Negeri Pahang (sekarang Malaysia), yang dibawa Sultan ke Aceh setelah penaklukannya.
Putroe Phang memiliki pengaruh besar dalam kerajaan, dan namanya kerap dikaitkan dengan peristiwa ini.
Dampak dan Penyesalan
Setelah kematian Meurah Pupok, Sultan mengangkat Iskandar Tsani, putra Putroe Phang, sebagai putra mahkota.
Namun, tak lama kemudian, Sultan Iskandar Muda wafat.
Sebagian pihak menduga beliau diracuni, sementara yang lain percaya bahwa penyesalan atas eksekusi putranya membuat Sultan kehilangan semangat hidup.
Penyelidikan oleh Ratu Safiatuddin
Halaman Selanjutnya…
Halaman : 1 2 Selanjutnya
Editor : ADM Acheh Network