Sejarah Jatuhnya Monarki Irak: Kisah Tragis King Faisal II dalam Kudeta Irak - Acheh Network

Sejarah Jatuhnya Monarki Irak: Kisah Tragis King Faisal II dalam Kudeta Irak

Jumat, 22 November 2024 - 22:26 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

ACHEHNETWORK.COM – Dengan begitu banyak peristiwa di Timur Tengah, sebagian disebabkan oleh campur tangan Inggris, tahun 1958 menjadi titik balik yang mengubah Irak secara mendasar.

Pada tahun itu terjadi peristiwa pembantaian mengerikan yang masih memecah belah opini di Irak hingga saat ini. Peristiwa ini menjatuhkan monarki di Irak. Mari kita simak latar belakangnya.

Inggris dan Awal Hubungannya dengan Irak

Inggris telah mengenal Irak sejak Perang Dunia I, ketika negara itu masih menjadi bagian dari Kekaisaran Ottoman.

Pada tahun 1917, pasukan Inggris berhasil merebut Baghdad setelah beberapa kekalahan militer melawan Turki.

Setelah Perang Dunia I, Kekaisaran Ottoman terpecah, dan mandat Inggris atas Irak diumumkan.

Inggris juga menguasai lokasi strategis seperti Terusan Suez, yang menjadi penghubung penting bagi Kekaisaran Inggris.

Selain itu, Inggris memiliki pengaruh besar di wilayah Transyordan (sekarang Yordania), Palestina, Kuwait, dan beberapa negara lainnya.

Baca Juga :  Desa Dikengyuan: Harmoni Tersembunyi antara Alam dan Manusia di Bawah Tanah

Raja Faisal I: Awal Monarki Hasyimiyah

Untuk mengamankan kepentingannya, Inggris mengangkat Raja Faisal I, seorang anggota keluarga Hasyimiyah dan putra Syarif Husein dari Mekah.

Faisal, yang sebelumnya memimpin pemberontakan Arab melawan Ottoman, dikenal sebagai sosok yang dihormati di Irak.

Sebagai seorang Muslim Sunni di negara mayoritas Syiah, Faisal bekerja keras untuk mempersatukan Sunni, Syiah, dan Kurdi.

Ia juga menyadari pentingnya minyak Irak, yang sebagian besar dikuasai Inggris, untuk pembangunan ekonomi negaranya.

Pemerintahan Raja Gazi

Pada tahun 1933, Raja Faisal I wafat dan digantikan oleh putranya, Raja Gazi. Berbeda dengan ayahnya, Raja Gazi lebih condong ke arah nasionalisme Arab dan memusuhi pengaruh Inggris.

Ia mendukung gagasan aneksasi Kuwait, yang saat itu berada di bawah perlindungan Inggris.

Namun, pemerintahan Gazi ditandai oleh ketegangan politik dan konflik internal.

Pada tahun 1939, Raja Gazi meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil yang mencurigakan, memicu spekulasi bahwa ia dibunuh karena perlawanannya terhadap Inggris.

Baca Juga :  Berikut Daftar 10 Negara Islam Terbesar di Dunia

Masa Perwalian dan Awal Pemerintahan Raja Faisal II

Setelah kematian Raja Gazi, putranya yang masih berusia 4 tahun, Raja Faisal II, menjadi raja di bawah perwalian pamannya, Putra Mahkota Abdallah.

Periode perwalian ini diwarnai oleh meningkatnya ketegangan politik, baik di dalam negeri maupun dalam hubungan Irak-Inggris.

Pada tahun 1953, Raja Faisal II resmi naik tahta di usia 18 tahun.

Ia berusaha memodernisasi Irak, namun pemerintahannya dibayangi oleh pengaruh Putra Mahkota Abdallah dan meningkatnya gerakan nasionalisme Arab.

Kebangkitan Nasionalisme Arab dan Pakta Baghdad

Pada 1950-an, nasionalisme Arab, yang dipimpin oleh Gamal Abdul Nasser dari Mesir, menjadi gerakan besar di dunia Arab.

Pesan antiimperialisme dan persatuan Pan-Arab dari Nasser menggema di Irak, khususnya di kalangan perwira militer muda.

Pemerintahan Raja Faisal II menjadi…

Halaman Selanjutnya…

Editor : Zahra Khairina

Sumber : YouTube Ellen Conny

Artikel Terkait

Greenland: Gerbang Perang Dunia III – Amerika, Rusia, China, Denmark, dan Uni Eropa
Transformasi Suriah: Perubahan Pemerintahan dan Bendera Nasional di Tahun 2024
Menyingkap Kisah Minoritas Syiah Sekte Alawi di Suriah: Dari Kejayaan hingga Perjuangan di Tengah Konflik
Menguak 3 Alasan Jepang Menjajah Indonesia: Kepentingan Perang hingga Ekonomi
Daftar 10 Kota dengan UMP Tertinggi di Indonesia pada 2025: Jakarta Tetap di Puncak!
Suriah: Menyingkap Kekayaan Sejarah di Tanah Peradaban Dunia
Tragedi Kematian Meurah Pupok: Pengkhianatan, Konspirasi, dan Penyesalan Sultan Iskandar Muda
Concorde: Ikon Pesawat Supersonik yang Mengubah Sejarah Penerbangan Dunia yang Telah Pensiun

           
Konten berikut adalah iklan platform MGID, media kami tidak terkait dengan materi konten tersebut
Konten berikut adalah iklan platform Recreativ, media kami tidak terkait dengan materi konten tersebut

Artikel Terkait

Kamis, 23 Januari 2025 - 17:31 WIB

Greenland: Gerbang Perang Dunia III – Amerika, Rusia, China, Denmark, dan Uni Eropa

Rabu, 8 Januari 2025 - 17:29 WIB

Transformasi Suriah: Perubahan Pemerintahan dan Bendera Nasional di Tahun 2024

Minggu, 5 Januari 2025 - 22:54 WIB

Menyingkap Kisah Minoritas Syiah Sekte Alawi di Suriah: Dari Kejayaan hingga Perjuangan di Tengah Konflik

Kamis, 2 Januari 2025 - 01:01 WIB

Menguak 3 Alasan Jepang Menjajah Indonesia: Kepentingan Perang hingga Ekonomi

Jumat, 27 Desember 2024 - 18:42 WIB

Daftar 10 Kota dengan UMP Tertinggi di Indonesia pada 2025: Jakarta Tetap di Puncak!

Jumat, 27 Desember 2024 - 16:49 WIB

Suriah: Menyingkap Kekayaan Sejarah di Tanah Peradaban Dunia

Minggu, 22 Desember 2024 - 20:55 WIB

Tragedi Kematian Meurah Pupok: Pengkhianatan, Konspirasi, dan Penyesalan Sultan Iskandar Muda

Sabtu, 21 Desember 2024 - 22:20 WIB

Concorde: Ikon Pesawat Supersonik yang Mengubah Sejarah Penerbangan Dunia yang Telah Pensiun

Berita Terkini