Mengenal Libya: Dari Kekuasaan Gaddafi Hingga ke Kekacauan Pasca Perang - Acheh Network

Mengenal Libya: Dari Kekuasaan Gaddafi Hingga ke Kekacauan Pasca Perang

Sabtu, 23 November 2024 - 09:18 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tangkapan layar YouTube Obrolan Panik/

Tangkapan layar YouTube Obrolan Panik/

 

ACHEHNETWORK.COM – Libya, negeri kaya minyak, kini terperangkap dalam kekacauan setelah bertahun-tahun konflik bersenjata.

Pada 20 Oktober 2011, di tengah aksi demonstrasi anti-Gaddafi yang didukung Amerika Serikat dan Uni Eropa, pecah pemberontakan bersenjata yang menyeret Libya ke dalam perang sipil.

Hari itu, Muammar Gaddafi ditangkap dan dibunuh secara keji oleh para pemberontak.

Dulu, rakyat Libya bersorak kegirangan atas tumbangnya rezim yang berkuasa selama 42 tahun tersebut.

Namun, situasi negara saat ini menunjukkan kondisi yang jauh dari harapan.

Rezim Gaddafi: Antara Otoritarianisme dan Kemakmuran

Selama memimpin, Gaddafi dikenal sebagai sosok kontroversial.

Ia menerapkan kebijakan sosialis dengan menasionalisasi perusahaan minyak asing dan mendistribusikan keuntungan kepada rakyat.

Hal ini meningkatkan taraf hidup masyarakat Libya, menjadikan Libya negara dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tertinggi di Afrika pada 2010.

Baca Juga :  12 Fakta Menarik Piramida Mesir yang Mungkin Belum Kamu Ketahui

Di masa pemerintahannya, pendidikan, kesehatan, dan perumahan tersedia secara gratis. Libya juga menjadi negara dengan tingkat kemiskinan yang rendah, sementara kesetaraan gender mulai diterapkan.

Namun, Gaddafi dikenal sebagai diktator yang menekan oposisi, dengan ribuan aktivis dakwah dan jihad dilaporkan menjadi korban rezimnya.

Perang Sipil dan Kekacauan Pasca Gaddafi

Pemberontakan tahun 2011 yang didukung NATO menyebabkan runtuhnya pemerintahan Gaddafi.

Setelah perang sipil berakhir, Libya mengalami perubahan besar:

  • Bendera diganti menjadi motif tiga warna dengan bulan sabit.
  • Sistem pemerintahan berubah dari Jamahiriyah Arab Sosialis menjadi republik.
  • Ekonomi mulai bergantung kembali pada eksploitasi minyak, yang sebagian besar keuntungannya dinikmati oleh pihak asing.

Namun, konflik bersenjata terus berlanjut hingga saat ini.

Kelompok bersenjata dan kriminalitas semakin meluas akibat peredaran senjata yang tidak terkendali.

Sisa-sisa loyalis Gaddafi, yang menamakan diri Green Resistance, berusaha merebut kembali kekuasaan.

Baca Juga :  6 Negara yang Hilang dari Peta Dunia

Dampak Konflik

Perang sipil Libya mengakibatkan:

  • Puluhan ribu korban jiwa, mayoritas warga sipil.
  • Ratusan ribu pengungsi ke negara tetangga seperti Mesir dan Tunisia.
  • Keterpurukan ekonomi dan politik yang membuat Libya nyaris menjadi negara gagal.

Di luar Libya, dampak konflik terasa hingga Mali, di mana suku Tuareg yang terlibat dalam perang sipil Libya membawa stok senjata dan memicu pemberontakan baru.

Libya Kini

Saat ini, Libya terpecah menjadi dua pemerintahan:

  1. Government of National Accord (GNA) yang didukung PBB, berbasis di Tripoli.
  2. Pemerintahan di Timur Libya, yang dipimpin oleh Khalifa Haftar.

Meski perang dinyatakan berakhir pada 2011, berbagai kelompok bersenjata terus berebut kekuasaan dan sumber daya.

Libya, yang dulunya salah satu negara termakmur di Afrika, kini terjerembab dalam kekacauan.***

Editor : ADM Acheh Network

Artikel Terkait

Greenland: Gerbang Perang Dunia III – Amerika, Rusia, China, Denmark, dan Uni Eropa
Transformasi Suriah: Perubahan Pemerintahan dan Bendera Nasional di Tahun 2024
Menyingkap Kisah Minoritas Syiah Sekte Alawi di Suriah: Dari Kejayaan hingga Perjuangan di Tengah Konflik
Menguak 3 Alasan Jepang Menjajah Indonesia: Kepentingan Perang hingga Ekonomi
Daftar 10 Kota dengan UMP Tertinggi di Indonesia pada 2025: Jakarta Tetap di Puncak!
Suriah: Menyingkap Kekayaan Sejarah di Tanah Peradaban Dunia
Tragedi Kematian Meurah Pupok: Pengkhianatan, Konspirasi, dan Penyesalan Sultan Iskandar Muda
Concorde: Ikon Pesawat Supersonik yang Mengubah Sejarah Penerbangan Dunia yang Telah Pensiun

           
Konten berikut adalah iklan platform MGID, media kami tidak terkait dengan materi konten tersebut
Konten berikut adalah iklan platform Recreativ, media kami tidak terkait dengan materi konten tersebut

Artikel Terkait

Kamis, 23 Januari 2025 - 17:31 WIB

Greenland: Gerbang Perang Dunia III – Amerika, Rusia, China, Denmark, dan Uni Eropa

Rabu, 8 Januari 2025 - 17:29 WIB

Transformasi Suriah: Perubahan Pemerintahan dan Bendera Nasional di Tahun 2024

Minggu, 5 Januari 2025 - 22:54 WIB

Menyingkap Kisah Minoritas Syiah Sekte Alawi di Suriah: Dari Kejayaan hingga Perjuangan di Tengah Konflik

Kamis, 2 Januari 2025 - 01:01 WIB

Menguak 3 Alasan Jepang Menjajah Indonesia: Kepentingan Perang hingga Ekonomi

Jumat, 27 Desember 2024 - 18:42 WIB

Daftar 10 Kota dengan UMP Tertinggi di Indonesia pada 2025: Jakarta Tetap di Puncak!

Jumat, 27 Desember 2024 - 16:49 WIB

Suriah: Menyingkap Kekayaan Sejarah di Tanah Peradaban Dunia

Minggu, 22 Desember 2024 - 20:55 WIB

Tragedi Kematian Meurah Pupok: Pengkhianatan, Konspirasi, dan Penyesalan Sultan Iskandar Muda

Sabtu, 21 Desember 2024 - 22:20 WIB

Concorde: Ikon Pesawat Supersonik yang Mengubah Sejarah Penerbangan Dunia yang Telah Pensiun

Berita Terkini