Teuku Markam: Sosok Crazy Rich Aceh Orde Lama, Putra Seunuddon Penyumbang Emas di Monas yang Terlupakan oleh Negara - Acheh Network

Teuku Markam: Sosok Crazy Rich Aceh Orde Lama, Putra Seunuddon Penyumbang Emas di Monas yang Terlupakan oleh Negara

Jumat, 18 Oktober 2024 - 22:26 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Teuku Markam: Sosok Crazy Rich Aceh Orde Lama Putra Seunuddon Penyumbang Emas di Monas yang Terlupakan oleh Negara/ Ist/

Teuku Markam: Sosok Crazy Rich Aceh Orde Lama Putra Seunuddon Penyumbang Emas di Monas yang Terlupakan oleh Negara/ Ist/

 

ACHEHNETWORK.COM – Istilah ‘crazy rich’ kini begitu populer digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang sangat kaya.

Namun, jauh sebelum istilah ini dikenal luas, ada sosok dari Aceh yang hidup dengan kekayaan berlimpah dan memiliki peran besar dalam pembangunan bangsa.

Salah satu tokoh tersebut adalah Teuku Markam, seorang pengusaha kaya asal Aceh yang tidak hanya sukses secara materi, tetapi juga memberikan sumbangsih besar bagi Indonesia.

Sayangnya, ia mengalami pengkhianatan dari negara yang ia cintai.

Teuku Markam: Latar Belakang Sang Pengusaha

Teuku Markam lahir pada 12 Maret 1925 di Alue Campli, Seunuddon, Aceh Utara.

Ayahnya, Teuku Marhaban, adalah seorang uleebalang (pemimpin adat), namun Teuku Markam kehilangan ayahnya di usia yang sangat muda.

Dibimbing oleh kakaknya, Cut Nyak Putroe, ia tumbuh menjadi sosok yang tangguh. Meski pendidikannya hanya sampai kelas empat sekolah rakyat (setara SD), Teuku Markam bertekad untuk berjuang demi bangsanya.

Baca Juga :  Keajaiban Bersejarah: 7 Peninggalan Kerajaan Aceh yang Masih Menawan

Di usia remaja, ia menempuh pendidikan militer di Koetaradja (kini Banda Aceh) dan berhasil meraih pangkat letnan satu.

Setelah menempuh karier militer yang cemerlang, termasuk ikut berperang melawan Belanda sebagai penyelundup senjata, Teuku Markam memutuskan untuk fokus di dunia bisnis pada tahun 1957.

Bisnis yang ia dirikan, PT Karkam, bergerak di bidang ekspor karet dari Sumatera Selatan dan berkembang pesat.

Keberhasilannya di dunia bisnis membuatnya dikenal sebagai pengusaha sukses yang menguasai beberapa proyek besar negara, termasuk sektor otomotif dan material bangunan.

Sumbangsih Teuku Markam untuk Indonesia

Salah satu kontribusi terbesar Teuku Markam bagi Indonesia adalah sumbangan emas untuk Monumen Nasional (Monas).

Monas, yang mulai dibangun pada 17 Agustus 1961, dirancang sebagai simbol kebangkitan Indonesia.

Untuk memperindah puncaknya, dibutuhkan 38 kilogram emas, dan 28 kilogram di antaranya adalah hasil sumbangan Teuku Markam.

Jika dihitung, 28 kilogram emas yang disumbangkan oleh Teuku Markam setara dengan lebih dari satu miliar rupiah pada masa itu.

Baca Juga :  Kisah Sultan Alaiddin Riayat Syah Sayyidil Al Mukammil dan Cucunya Sultan Iskandar Muda Belajar Mengaji

Namun, sumbangan ini bukan soal jumlah materi semata, melainkan bukti kecintaan dan pengabdiannya kepada bangsa Indonesia.

Pengkhianatan oleh Negara

Sayangnya, masa kejayaan Teuku Markam mulai meredup seiring jatuhnya pemerintahan Orde Lama dan naiknya Soeharto.

Teuku Markam dituduh terlibat dalam peristiwa G30S/PKI serta dianggap sebagai koruptor yang dekat dengan Soekarno.

Tuduhan ini tidak pernah dibuktikan di pengadilan, tetapi pada tahun 1966, ia ditahan tanpa proses hukum selama dua tahun.

Setelah dibebaskan, seluruh aset milik Teuku Markam disita oleh pemerintah dan dialihkan ke perusahaan negara.

Soeharto, sebagai Ketua Presidium Kabinet Ampera saat itu, mengeluarkan Keppres yang mengatur penyitaan aset PT Karkam dan perusahaan lainnya yang dimiliki oleh Teuku Markam, dengan dalih bahwa kekayaan tersebut digunakan untuk modal negara.

Kehidupan di Akhir Masa…

Halaman Selanjutnya…

Editor : ADM

Artikel Terkait

Transformasi Suriah: Perubahan Pemerintahan dan Bendera Nasional di Tahun 2024
Menyingkap Kisah Minoritas Syiah Sekte Alawi di Suriah: Dari Kejayaan hingga Perjuangan di Tengah Konflik
Menguak 3 Alasan Jepang Menjajah Indonesia: Kepentingan Perang hingga Ekonomi
Daftar 10 Kota dengan UMP Tertinggi di Indonesia pada 2025: Jakarta Tetap di Puncak!
Suriah: Menyingkap Kekayaan Sejarah di Tanah Peradaban Dunia
Tragedi Kematian Meurah Pupok: Pengkhianatan, Konspirasi, dan Penyesalan Sultan Iskandar Muda
Concorde: Ikon Pesawat Supersonik yang Mengubah Sejarah Penerbangan Dunia yang Telah Pensiun
20 Tahun Berlalu Gempa dan Tsunami Dahsyat 26 Desember 2004 di Aceh dan Dunia

           
Konten berikut adalah iklan platform MGID, media kami tidak terkait dengan materi konten tersebut
Konten berikut adalah iklan platform Recreativ, media kami tidak terkait dengan materi konten tersebut

Artikel Terkait

Rabu, 8 Januari 2025 - 17:29 WIB

Transformasi Suriah: Perubahan Pemerintahan dan Bendera Nasional di Tahun 2024

Minggu, 5 Januari 2025 - 22:54 WIB

Menyingkap Kisah Minoritas Syiah Sekte Alawi di Suriah: Dari Kejayaan hingga Perjuangan di Tengah Konflik

Kamis, 2 Januari 2025 - 01:01 WIB

Menguak 3 Alasan Jepang Menjajah Indonesia: Kepentingan Perang hingga Ekonomi

Jumat, 27 Desember 2024 - 18:42 WIB

Daftar 10 Kota dengan UMP Tertinggi di Indonesia pada 2025: Jakarta Tetap di Puncak!

Jumat, 27 Desember 2024 - 16:49 WIB

Suriah: Menyingkap Kekayaan Sejarah di Tanah Peradaban Dunia

Minggu, 22 Desember 2024 - 20:55 WIB

Tragedi Kematian Meurah Pupok: Pengkhianatan, Konspirasi, dan Penyesalan Sultan Iskandar Muda

Sabtu, 21 Desember 2024 - 22:20 WIB

Concorde: Ikon Pesawat Supersonik yang Mengubah Sejarah Penerbangan Dunia yang Telah Pensiun

Sabtu, 21 Desember 2024 - 17:13 WIB

20 Tahun Berlalu Gempa dan Tsunami Dahsyat 26 Desember 2004 di Aceh dan Dunia

Berita Terkini