Kisah Sultan Syarif Kasim II: Raja Terkaya di Indonesia yang Kehilangan Kursi Emas Bersejarah - Acheh Network

Kisah Sultan Syarif Kasim II: Raja Terkaya di Indonesia yang Kehilangan Kursi Emas Bersejarah

Kamis, 10 Oktober 2024 - 13:41 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sultan Siak, Syarif Kasim II bersama Pemaisuri Isteri/Istana Kerajaan Siak/

Sultan Siak, Syarif Kasim II bersama Pemaisuri Isteri/Istana Kerajaan Siak/

 

ACHEHNETWORK.COM – Pencurian tidak hanya menimpa rakyat biasa, bahkan seorang raja besar pun bisa menjadi korban.

Inilah yang terjadi pada Sultan Siak, Syarif Kasim II, yang merupakan salah satu orang terkaya di Indonesia.

Pada Agustus 1967, ia harus menerima kenyataan pahit ketika kursi takhta berlapis emas yang telah menjadi simbol kekuasaannya selama puluhan tahun dicuri dari kediamannya.

Syarif Kasim II bukanlah sembarang penguasa.

Ia berhasil mengumpulkan kekayaan besar dari sektor perkebunan, pertanian, dan pertambangan minyak di wilayah kekuasaannya, Riau.

Di tahun 1930, perusahaan besar Amerika Serikat, Standard Oil Company of California, mulai menambang minyak di wilayahnya, memberikan dampak besar pada ekonomi Siak dan mempertebal kantong pribadi sang Sultan.

Baca Juga :  Mengintip 5 Situs Jejak Tsunami Aceh yang Abadi

Namun, meskipun kaya raya, Syarif Kasim II dikenal sebagai pemimpin yang dermawan. Dalam otobiografinya, Sultan Syarif Kasim II: Pahlawan Nasional dari Riau (2002), ia diceritakan sering menggunakan hartanya untuk membangun fasilitas publik dan menyediakan beasiswa bagi masyarakat.

Sikap filantropisnya membuatnya dihormati, namun tidak menjauhkan dirinya dari nasib buruk yang terjadi pada akhir 1960-an.

Pada akhir Agustus 1967, sebuah kejadian mengejutkan terjadi. Kursi takhta kerajaan berlapis emas yang berada di ruang kerjanya hilang dicuri.

Hal ini membuat Syarif Kasim II, yang saat itu sudah berusia 72 tahun, sangat terkejut.

“Saya tidak pernah menyangka ada yang akan mencuri kursi itu,” ujar sang Sultan dalam keterangannya saat itu, seperti dilaporkan Harian Angkatan Bersenjata pada 8 September 1967.

Baca Juga :  11 Bahasa Daerah Indonesia Punah, Warisan Budaya Menghilang di Tengah Arus Modernisasi

Selama bertahun-tahun, meski terjadi berbagai gejolak dan kerusuhan, kursi emas tersebut tetap aman di kediaman Sultan.

Namun, pencurian ini membuat otoritas setempat bingung. Hingga kini, pelakunya tidak pernah ditemukan, dan kursi bersejarah itu seakan hilang tanpa jejak.

Bagi Syarif Kasim II, kehilangan kursi emas itu menjadi pukulan besar. Di masa kejayaannya, Sultan Siak ini dikenal sebagai salah satu raja paling berkuasa di Indonesia.

Namun, setelah Indonesia merdeka, Syarif Kasim II memilih untuk bergabung dengan Republik Indonesia, mengikuti jejak Sultan Hamengkubuwana IX dari Yogyakarta.

Kesetiaannya kepada Indonesia tidak hanya dalam bentuk dukungan politik, tetapi juga finansial. Ia bahkan menyumbangkan 13 juta gulden, setara miliaran rupiah saat ini, untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga :  Suriah: Menyingkap Kekayaan Sejarah di Tanah Peradaban Dunia

Tak hanya itu, ia juga menyerahkan 30% dari emas simpanan kesultanan kepada pemerintah.

Namun, keputusan untuk tunduk pada pemerintahan baru Indonesia membawa konsekuensi yang besar bagi Syarif Kasim II.

Kekuasaan politiknya perlahan memudar, dan aksesnya terhadap sektor ekonomi utama seperti pertambangan minyak, perkebunan, dan pertanian mulai berkurang drastis.

Kekayaan yang dulunya melimpah pun ikut menurun seiring berjalannya waktu.

Ketika pencurian kursi emas itu terjadi, kehidupan Syarif Kasim II sudah jauh berbeda dari masa kejayaannya.

Pencurian tersebut seolah menjadi simbol dari keruntuhan kekuasaan dan kekayaannya, meninggalkan Sultan Siak dengan kenangan masa lalu yang penuh kejayaan, namun perlahan memudar bersama hilangnya harta benda bersejarahnya.***

Editor : ADM

Artikel Terkait

Legenda Pasukan “Zombie” Aceh: Keberanian yang Bikin Belanda Ketakutan
Meugang: Tradisi Sakral Masyarakat Aceh yang Kaya Akan Makna dan Kebersamaan
Tommy Soeharto dan Misteri Pembunuhan Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita: Skandal Besar yang Mengguncang Indonesia
Awal Mula Hancurnya Negara Suriah: Pelajaran yang Bisa Dipetik untuk Indonesia
Tradisi Bakar Batu: Ritual Adat Penuh Makna di Pegunungan Papua
Skandal Polisi Rahasia Cina yang Terbongkar: Pengakuan Mengejutkan dari Mantan Agen
10 Maskapai LCC dengan Ketepatan Waktu Terbaik di Dunia 2024, Indonesia AirAsia Masuk 10 Besar
Aztec Death Whistle: Peluit Mengerikan yang Menyeramkan dengan Suara Jeritan Manusia dan Sejarah Peradaban Aztek

           
Konten berikut adalah iklan platform MGID, media kami tidak terkait dengan materi konten tersebut

Artikel Terkait

Rabu, 26 Maret 2025 - 12:29 WIB

Legenda Pasukan “Zombie” Aceh: Keberanian yang Bikin Belanda Ketakutan

Jumat, 28 Februari 2025 - 17:14 WIB

Meugang: Tradisi Sakral Masyarakat Aceh yang Kaya Akan Makna dan Kebersamaan

Kamis, 30 Januari 2025 - 17:33 WIB

Tommy Soeharto dan Misteri Pembunuhan Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita: Skandal Besar yang Mengguncang Indonesia

Kamis, 30 Januari 2025 - 16:29 WIB

Awal Mula Hancurnya Negara Suriah: Pelajaran yang Bisa Dipetik untuk Indonesia

Kamis, 30 Januari 2025 - 15:43 WIB

Tradisi Bakar Batu: Ritual Adat Penuh Makna di Pegunungan Papua

Kamis, 30 Januari 2025 - 15:24 WIB

Skandal Polisi Rahasia Cina yang Terbongkar: Pengakuan Mengejutkan dari Mantan Agen

Kamis, 30 Januari 2025 - 09:48 WIB

10 Maskapai LCC dengan Ketepatan Waktu Terbaik di Dunia 2024, Indonesia AirAsia Masuk 10 Besar

Rabu, 29 Januari 2025 - 16:51 WIB

Aztec Death Whistle: Peluit Mengerikan yang Menyeramkan dengan Suara Jeritan Manusia dan Sejarah Peradaban Aztek

Berita Terkini