Pulau Semakau, Transformasi Tempat Pembuangan Akhir Menjadi Surga Hijau di Singapura - Acheh Network

Pulau Semakau, Transformasi Tempat Pembuangan Akhir Menjadi Surga Hijau di Singapura

Jumat, 30 Agustus 2024 - 17:02 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pulau Semakau

Pulau Semakau

AchehNetwork.com – Bayangkan sebuah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang jauh dari kesan kumuh dan bau menyengat, melainkan berubah menjadi taman hijau yang asri.

Inilah keajaiban TPA Pulau Semakau di Singapura, sebuah TPA yang berbeda dari kebanyakan tempat pembuangan sampah di dunia.

Di sini, pepohonan tumbuh subur, berbagai spesies burung berkicau, dan ekosistem lautnya hidup dengan terumbu karang di perairan yang jernih.

Bahkan, pulau ini sering kali disebut sebagai “Garbage of Eden” atau “Surga Sampah.”

Terletak sekitar delapan kilometer di selatan Singapura, TPA Pulau Semakau mencakup area seluas 350 hektar yang dibangun dengan cermat untuk memastikan tidak ada limbah yang meresap ke laut lepas.

Ini adalah satu-satunya TPA di Singapura, yang tidak hanya menjaga kebersihan negara ini, tetapi juga menjadi model pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Baca Juga :  10 Negara dengan Tingkat Pengangguran Tertinggi di Dunia, Sudan di Puncak, Bagaimana Indonesia..??

TPA ini dikelola oleh Badan Lingkungan Nasional Singapura (NEA) dan didesain dengan prinsip pengelolaan sampah modern.

Proses di Pulau Semakau dimulai dengan pembakaran sampah di pabrik pembakaran, yang mengurangi volume sampah hingga 90%.

Abu sisa pembakaran tersebut kemudian diangkut ke Pulau Semakau menggunakan kapal tongkang tertutup agar tidak terpengaruh oleh angin atau air laut.

Setibanya di pulau, abu tersebut dibuang pada titik-titik yang telah ditentukan dan diratakan menggunakan buldoser.

Setelah itu, lapisan tanah ditambahkan, dan tanaman mulai tumbuh di atasnya.

Hasilnya adalah hamparan hijau yang memikat, mengundang berbagai spesies burung dan serangga langka.

Baca Juga :  Kisah Kelam Budak-Budak di Zaman Penjajahan Belanda di Indonesia, dari Dapur, Kasur hingga Babak Belur

Selain menjadi tempat pembuangan sampah, Pulau Semakau juga menawarkan keindahan alam yang luar biasa.

Hutan bakau, padang lamun, dan terumbu karang menghiasi pulau ini, menjadikannya sebagai tempat ideal untuk pengamatan burung.

Di sini, Anda dapat menemukan bangau paruh besar, burung jangkungan bersayap hitam, bahkan penyu hijau yang berenang di sekitar perairan pulau.

Setelah hujan deras, suara seruan katak Asia dan katak lapangan akan terdengar menggema di seluruh pulau, menambah kesan alami yang memikat.

TPA ini memiliki kapasitas sekitar 63 juta meter kubik sampah dan diperkirakan akan penuh pada tahun 2035. Namun, NEA tidak tinggal diam.

Mereka terus melakukan penelitian dan pengembangan untuk memperpanjang daya tampung TPA ini agar tidak perlu membangun yang baru di masa depan.

Baca Juga :  5 Negara dengan Inflasi Terparah di Dunia: Ketika Krisis Ekonomi Menghancurkan Kesejahteraan Warga

Selain itu, NEA juga membuka kesempatan bagi masyarakat umum untuk mengunjungi dan mempelajari lebih dalam tentang pengelolaan sampah di Pulau Semakau.

Ini bukan hanya tentang membuang sampah, tetapi juga tentang bagaimana menjaga alam tetap lestari sambil memastikan keberlanjutan lingkungan di masa depan.

Singapura juga menerapkan sistem 3Rs (Reduce, Reuse, Recycle) dalam pengelolaan sampahnya, menuju visi Singapura Bebas Sampah (Zero Waste Nation).

Dengan pendekatan ini, Singapura tidak hanya menjaga kebersihan negaranya, tetapi juga memimpin di tingkat global dalam hal inovasi pengelolaan sampah yang berkelanjutan.

Pulau Semakau adalah contoh nyata bagaimana sebuah negara kecil dengan sumber daya terbatas dapat mengubah tantangan sampah menjadi peluang hijau yang memikat.***

Editor : ADM Acheh Network

Artikel Terkait

Legenda Pasukan “Zombie” Aceh: Keberanian yang Bikin Belanda Ketakutan
Meugang: Tradisi Sakral Masyarakat Aceh yang Kaya Akan Makna dan Kebersamaan
Tommy Soeharto dan Misteri Pembunuhan Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita: Skandal Besar yang Mengguncang Indonesia
Awal Mula Hancurnya Negara Suriah: Pelajaran yang Bisa Dipetik untuk Indonesia
Tradisi Bakar Batu: Ritual Adat Penuh Makna di Pegunungan Papua
Skandal Polisi Rahasia Cina yang Terbongkar: Pengakuan Mengejutkan dari Mantan Agen
10 Maskapai LCC dengan Ketepatan Waktu Terbaik di Dunia 2024, Indonesia AirAsia Masuk 10 Besar
Aztec Death Whistle: Peluit Mengerikan yang Menyeramkan dengan Suara Jeritan Manusia dan Sejarah Peradaban Aztek

           
Konten berikut adalah iklan platform MGID, media kami tidak terkait dengan materi konten tersebut

Artikel Terkait

Rabu, 26 Maret 2025 - 12:29 WIB

Legenda Pasukan “Zombie” Aceh: Keberanian yang Bikin Belanda Ketakutan

Jumat, 28 Februari 2025 - 17:14 WIB

Meugang: Tradisi Sakral Masyarakat Aceh yang Kaya Akan Makna dan Kebersamaan

Kamis, 30 Januari 2025 - 17:33 WIB

Tommy Soeharto dan Misteri Pembunuhan Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita: Skandal Besar yang Mengguncang Indonesia

Kamis, 30 Januari 2025 - 16:29 WIB

Awal Mula Hancurnya Negara Suriah: Pelajaran yang Bisa Dipetik untuk Indonesia

Kamis, 30 Januari 2025 - 15:43 WIB

Tradisi Bakar Batu: Ritual Adat Penuh Makna di Pegunungan Papua

Kamis, 30 Januari 2025 - 15:24 WIB

Skandal Polisi Rahasia Cina yang Terbongkar: Pengakuan Mengejutkan dari Mantan Agen

Kamis, 30 Januari 2025 - 09:48 WIB

10 Maskapai LCC dengan Ketepatan Waktu Terbaik di Dunia 2024, Indonesia AirAsia Masuk 10 Besar

Rabu, 29 Januari 2025 - 16:51 WIB

Aztec Death Whistle: Peluit Mengerikan yang Menyeramkan dengan Suara Jeritan Manusia dan Sejarah Peradaban Aztek

Berita Terkini