Pulau Buton, Satu-satunya Wilayah Kerajaan di Nusantara yang Tak Pernah Dijajah Belanda - Acheh Network

Pulau Buton, Satu-satunya Wilayah Kerajaan di Nusantara yang Tak Pernah Dijajah Belanda

Jumat, 16 Agustus 2024 - 03:02 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Daerah yang Tidak pernah dijajah Belanda
Peta kerajaan Buton dan Bangsawan Buton/

 

AchehNetwork.com – Pernah dengar tentang Pulau Buton? Pulau kecil yang penuh dengan sejarah besar ini ternyata menyimpan kisah yang tak banyak diketahui orang.

Di saat sebagian besar wilayah Nusantara tunduk di bawah kekuasaan Belanda pada awal 1900-an, Pulau Buton tetap berdiri tegak dan tak pernah dijajah.

Yuk, kita kupas lebih dalam kenapa pulau yang terletak di Sulawesi Tenggara ini bisa tetap merdeka di tengah gelombang penjajahan.

 

Sejarah Gemilang Buton: Dari Kerajaan hingga Kesultanan

 

Daerah yang tidak pernah dijajah belanda
Istana Melige Kesultanan Buton/Foto: Kumparan

 

Nama Buton sudah dikenal jauh sebelum penjajahan Belanda, tepatnya sejak era Kerajaan Majapahit. Bahkan, dalam Sumpah Palapa yang terkenal, Patih Gajah Mada menyebut nama Pulau Buton.

Pada abad ke-13 hingga ke-16 Masehi, Buton berdiri sebagai sebuah kerajaan yang kuat. Kerajaan ini dipimpin oleh keturunan Dinasti Wa Khaa-Khaa, dengan raja pertamanya adalah Wa Khaa-Khaa sendiri.

Namun, seiring dengan masuknya Islam ke wilayah Buton, kerajaan ini bertransformasi menjadi sebuah kesultanan. Perubahan besar ini terjadi di bawah pemerintahan Murhum Sultan Kamuddin Khalifatul Khamis pada tahun 1538. Kesultanan Buton dikenal sebagai pusat kekuatan yang dihormati di wilayah timur Indonesia.

Baca Juga :  Rwanda: Dari Kelamnya Genosida hingga Menjadi 'Singapura-nya Afrika'

 

Mengapa Belanda Tak Pernah Berani Menjajah Buton?

 

Daerah yang tidak pernah dijajah belanda
Benteng peninggalan kerajaan Buton/Foto: kompas.com

 

Meskipun Belanda sudah hadir di Indonesia sejak kedatangan VOC pada tahun 1600-an, mereka enggan menyentuh Pulau Buton.

Ada alasan kuat di balik keputusan ini. Buton bukan hanya sebuah pulau kecil; ia adalah pusat kekuasaan dengan pertahanan yang tangguh.

Dikelilingi oleh benteng-benteng yang luas, Buton mampu mengawasi dan mengendalikan setiap kapal yang melintas di wilayahnya.

Menariknya, benteng Buton ini kemudian dinobatkan sebagai benteng terluas di dunia versi Guinness World Records.

Bukan hanya sekadar simbol kekuatan, benteng ini juga menjadi alasan Belanda memilih untuk menjalin hubungan baik dengan Kesultanan Buton daripada mencari masalah.

Sebagai tempat singgah yang strategis bagi kapal-kapal yang menuju Maluku untuk mencari rempah-rempah, Buton memegang peran penting dalam perdagangan maritim.

Baca Juga :  5 Temuan Fenomenal dalam Al-Qur'an yang Membuat Terkagum-Kagum

Namun, kesultanan ini bukan hanya menjaga wilayahnya dari penjajah, tetapi juga dari ancaman bajak laut. Mereka tak segan mengangkat senjata untuk melindungi wilayah mereka.

Buton di Masa Kini

Saat ini, Kesultanan Buton yang dulu berjaya kini dikenal sebagai Kabupaten Buton, dengan ibu kota kabupatennya di Pasar Wajo.

Wilayah Buton yang dahulu meliputi Pulau Buton, sebagian Pulau Muna, dan sedikit bagian Pulau Sulawesi kini telah mengalami pemekaran menjadi beberapa wilayah administratif, yaitu:

  1. Kota Bau-Bau
  2. Kabupaten Wakatobi
  3. Kabupaten Bombana
  4. Kabupaten Buton Selatan
  5. Kabupaten Buton Tengah

 

Pulau Buton mungkin kecil, tapi sejarahnya penuh dengan kejayaan dan keberanian. Sebuah pelajaran tentang bagaimana kekuatan dan diplomasi bisa melindungi sebuah wilayah dari penjajahan.

Jadi, jika ada satu hal yang bisa kita pelajari dari Pulau Buton, itu adalah bagaimana mempertahankan kedaulatan dengan bijak dan tegas.***

Editor : ADM

Artikel Terkait

Tommy Soeharto dan Misteri Pembunuhan Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita: Skandal Besar yang Mengguncang Indonesia
Awal Mula Hancurnya Negara Suriah: Pelajaran yang Bisa Dipetik untuk Indonesia
Tradisi Bakar Batu: Ritual Adat Penuh Makna di Pegunungan Papua
Skandal Polisi Rahasia Cina yang Terbongkar: Pengakuan Mengejutkan dari Mantan Agen
10 Maskapai LCC dengan Ketepatan Waktu Terbaik di Dunia 2024, Indonesia AirAsia Masuk 10 Besar
Aztec Death Whistle: Peluit Mengerikan yang Menyeramkan dengan Suara Jeritan Manusia dan Sejarah Peradaban Aztek
Kisah Lima Matahari dalam Mitologi Suku Aztek: Penciptaan Dunia dan Kiamat yang Berulang
Dari Penjara ke Kemenangan: Kisah Perjalanan Abu Muhammad al-Jaulani

           
Konten berikut adalah iklan platform MGID, media kami tidak terkait dengan materi konten tersebut
Konten berikut adalah iklan platform Recreativ, media kami tidak terkait dengan materi konten tersebut

Artikel Terkait

Kamis, 30 Januari 2025 - 17:33 WIB

Tommy Soeharto dan Misteri Pembunuhan Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita: Skandal Besar yang Mengguncang Indonesia

Kamis, 30 Januari 2025 - 16:29 WIB

Awal Mula Hancurnya Negara Suriah: Pelajaran yang Bisa Dipetik untuk Indonesia

Kamis, 30 Januari 2025 - 15:43 WIB

Tradisi Bakar Batu: Ritual Adat Penuh Makna di Pegunungan Papua

Kamis, 30 Januari 2025 - 15:24 WIB

Skandal Polisi Rahasia Cina yang Terbongkar: Pengakuan Mengejutkan dari Mantan Agen

Kamis, 30 Januari 2025 - 09:48 WIB

10 Maskapai LCC dengan Ketepatan Waktu Terbaik di Dunia 2024, Indonesia AirAsia Masuk 10 Besar

Rabu, 29 Januari 2025 - 16:51 WIB

Aztec Death Whistle: Peluit Mengerikan yang Menyeramkan dengan Suara Jeritan Manusia dan Sejarah Peradaban Aztek

Rabu, 29 Januari 2025 - 16:29 WIB

Kisah Lima Matahari dalam Mitologi Suku Aztek: Penciptaan Dunia dan Kiamat yang Berulang

Rabu, 29 Januari 2025 - 14:46 WIB

Dari Penjara ke Kemenangan: Kisah Perjalanan Abu Muhammad al-Jaulani

Berita Terkini