Jejak Suku Manchu, Suku Minoritas yang Meruntuhkan Dinasti Ming: Kehidupan, Budaya, dan Kekuasaan di Tiongkok Timur Laut - Acheh Network

Jejak Suku Manchu, Suku Minoritas yang Meruntuhkan Dinasti Ming: Kehidupan, Budaya, dan Kekuasaan di Tiongkok Timur Laut

Jumat, 3 Mei 2024 - 13:51 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Suku Manchu
Orang Manchu/Foto: The Daily China

 

ACHEHNETWORK.COM – Suku Manchu, yang berasal dari akar etnis Tunguska di wilayah Tiongkok Timur Laut, telah memainkan peran krusial dalam membentuk sejarah, budaya, dan politik di kawasan tersebut.

Dulu dikenal sebagai suku Jurchen, mereka kini tercatat sebagai kelompok etnis terbesar kelima di Tiongkok, dengan warisan budaya yang masih terasa hingga hari ini.

Dari Jurchen ke Manchu: Asal-Usul dan Perjalanan Sejarah

Suku ini pertama kali menorehkan sejarah besar saat mendirikan Dinasti Jin pada abad ke-12, merebut kekuasaan dari kekaisaran Tiongkok.

Namun, nama “Manchu” baru mulai digunakan pada abad ke-17, saat mereka bangkit kembali dan mendirikan Dinasti Qing, dinasti terakhir dalam sejarah kekaisaran Tiongkok.

Baca Juga :  Lagenda Asal Mula Suku Mante: Menelusuri Jejak Suku Tertua yang Diketahui Dalam Sejarah Aceh

Gaya Hidup dan Tradisi Pertanian yang Kuat

Berbeda dari suku tetangga yang cenderung nomaden, suku Manchu telah menetap dan bertani selama berabad-abad.

Mereka menanam sorgum, millet, kedelai, apel, bahkan mengadopsi tanaman dari Dunia Baru seperti jagung dan tembakau. Kehidupan agraris mereka menjadi tulang punggung ekonomi dan budaya suku ini.

Tak hanya bertani, Manchu juga dikenal sebagai peternak dan pemburu ulung. Dari memelihara sapi hingga ulat sutra, serta berburu dengan teknik tradisional seperti memanah sambil berkuda dan menggunakan burung pemangsa, mereka memiliki keahlian yang diwariskan turun-temurun.

Kepercayaan Spiritual: Dari Perdukunan ke Agama Resmi

Sebelum masa Dinasti Qing, kepercayaan animisme dan perdukunan mendominasi kehidupan spiritual Manchu.

Baca Juga :  Misteri Pelarian dari Penjara Alcatraz, Penjara Paling Ngeri di Dunia: Kisah Empat Narapidana yang Mengguncang Sejarah

Dukun memainkan peran penting, mempersembahkan korban untuk roh leluhur dan menari sebagai bagian dari ritual penyembuhan.

Namun, seiring masuknya pengaruh luar, Konfusianisme dan Buddha Tibet mulai mewarnai spiritualitas mereka.

Peran Perempuan yang Lebih Setara

Salah satu aspek unik dari budaya Manchu adalah penghormatan terhadap perempuan.

Berbeda dengan suku Han yang menerapkan praktik pengikatan kaki, perempuan Manchu tidak mengalaminya dan dianggap memiliki kedudukan yang lebih setara dengan laki-laki, baik dalam rumah tangga maupun sosial masyarakat.

Dinasti Qing: Puncak Kekuasaan Suku Manchu

Puncak kejayaan politik Manchu terjadi saat mereka menggandeng pemberontak Han untuk merebut Beijing dan mendirikan Dinasti Qing pada abad ke-17.

Mereka kembali mengumumkan Mandat Surga dan memerintah Tiongkok selama lebih dari 250 tahun, hingga berakhirnya monarki pada awal abad ke-20.

Baca Juga :  Merasa Tua untuk Memulai Bisnis? Baca Kisah Inspiratif 4 Orang Ini yang Sukses di Usia Lanjut!

Kontroversi Nama “Manchuria”

Istilah “Manchuria” sendiri sering menjadi perdebatan. Dalam bahasa Inggris, nama ini umum digunakan untuk merujuk wilayah asal suku Manchu.

Namun di Tiongkok, istilah yang lebih diterima adalah “Tiga Provinsi Timur Laut”. Bahkan, beberapa akademisi masih memperdebatkan asal-usul nama “Manchu” itu sendiri.

Warisan yang Masih Hidup di Timur Laut Tiongkok

Hingga kini, suku Manchu tetap menjadi bagian penting dari mozaik budaya Tiongkok Timur Laut.

Meski banyak tradisi mereka telah terasimilasi dengan budaya Han, semangat dan warisan mereka tetap terasa dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di kawasan tersebut.***

Editor : ADM

Artikel Terkait

Legenda Pasukan “Zombie” Aceh: Keberanian yang Bikin Belanda Ketakutan
Meugang: Tradisi Sakral Masyarakat Aceh yang Kaya Akan Makna dan Kebersamaan
Tommy Soeharto dan Misteri Pembunuhan Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita: Skandal Besar yang Mengguncang Indonesia
Awal Mula Hancurnya Negara Suriah: Pelajaran yang Bisa Dipetik untuk Indonesia
Tradisi Bakar Batu: Ritual Adat Penuh Makna di Pegunungan Papua
Skandal Polisi Rahasia Cina yang Terbongkar: Pengakuan Mengejutkan dari Mantan Agen
10 Maskapai LCC dengan Ketepatan Waktu Terbaik di Dunia 2024, Indonesia AirAsia Masuk 10 Besar
Aztec Death Whistle: Peluit Mengerikan yang Menyeramkan dengan Suara Jeritan Manusia dan Sejarah Peradaban Aztek

           
Konten berikut adalah iklan platform MGID, media kami tidak terkait dengan materi konten tersebut

Artikel Terkait

Rabu, 26 Maret 2025 - 12:29 WIB

Legenda Pasukan “Zombie” Aceh: Keberanian yang Bikin Belanda Ketakutan

Jumat, 28 Februari 2025 - 17:14 WIB

Meugang: Tradisi Sakral Masyarakat Aceh yang Kaya Akan Makna dan Kebersamaan

Kamis, 30 Januari 2025 - 17:33 WIB

Tommy Soeharto dan Misteri Pembunuhan Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita: Skandal Besar yang Mengguncang Indonesia

Kamis, 30 Januari 2025 - 16:29 WIB

Awal Mula Hancurnya Negara Suriah: Pelajaran yang Bisa Dipetik untuk Indonesia

Kamis, 30 Januari 2025 - 15:43 WIB

Tradisi Bakar Batu: Ritual Adat Penuh Makna di Pegunungan Papua

Kamis, 30 Januari 2025 - 15:24 WIB

Skandal Polisi Rahasia Cina yang Terbongkar: Pengakuan Mengejutkan dari Mantan Agen

Kamis, 30 Januari 2025 - 09:48 WIB

10 Maskapai LCC dengan Ketepatan Waktu Terbaik di Dunia 2024, Indonesia AirAsia Masuk 10 Besar

Rabu, 29 Januari 2025 - 16:51 WIB

Aztec Death Whistle: Peluit Mengerikan yang Menyeramkan dengan Suara Jeritan Manusia dan Sejarah Peradaban Aztek

Berita Terkini