![]() |
Orang Manchu/Foto: The Daily China |
ACHEHNETWORK.COM – Suku Manchu, yang berasal dari akar etnis Tunguska di wilayah Tiongkok Timur Laut, telah memainkan peran krusial dalam membentuk sejarah, budaya, dan politik di kawasan tersebut.
Dulu dikenal sebagai suku Jurchen, mereka kini tercatat sebagai kelompok etnis terbesar kelima di Tiongkok, dengan warisan budaya yang masih terasa hingga hari ini.
Dari Jurchen ke Manchu: Asal-Usul dan Perjalanan Sejarah
Suku ini pertama kali menorehkan sejarah besar saat mendirikan Dinasti Jin pada abad ke-12, merebut kekuasaan dari kekaisaran Tiongkok.
Namun, nama “Manchu” baru mulai digunakan pada abad ke-17, saat mereka bangkit kembali dan mendirikan Dinasti Qing, dinasti terakhir dalam sejarah kekaisaran Tiongkok.
Gaya Hidup dan Tradisi Pertanian yang Kuat
Berbeda dari suku tetangga yang cenderung nomaden, suku Manchu telah menetap dan bertani selama berabad-abad.
Mereka menanam sorgum, millet, kedelai, apel, bahkan mengadopsi tanaman dari Dunia Baru seperti jagung dan tembakau. Kehidupan agraris mereka menjadi tulang punggung ekonomi dan budaya suku ini.
Tak hanya bertani, Manchu juga dikenal sebagai peternak dan pemburu ulung. Dari memelihara sapi hingga ulat sutra, serta berburu dengan teknik tradisional seperti memanah sambil berkuda dan menggunakan burung pemangsa, mereka memiliki keahlian yang diwariskan turun-temurun.
Kepercayaan Spiritual: Dari Perdukunan ke Agama Resmi
Sebelum masa Dinasti Qing, kepercayaan animisme dan perdukunan mendominasi kehidupan spiritual Manchu.
Dukun memainkan peran penting, mempersembahkan korban untuk roh leluhur dan menari sebagai bagian dari ritual penyembuhan.
Namun, seiring masuknya pengaruh luar, Konfusianisme dan Buddha Tibet mulai mewarnai spiritualitas mereka.
Peran Perempuan yang Lebih Setara
Salah satu aspek unik dari budaya Manchu adalah penghormatan terhadap perempuan.
Berbeda dengan suku Han yang menerapkan praktik pengikatan kaki, perempuan Manchu tidak mengalaminya dan dianggap memiliki kedudukan yang lebih setara dengan laki-laki, baik dalam rumah tangga maupun sosial masyarakat.
Dinasti Qing: Puncak Kekuasaan Suku Manchu
Puncak kejayaan politik Manchu terjadi saat mereka menggandeng pemberontak Han untuk merebut Beijing dan mendirikan Dinasti Qing pada abad ke-17.
Mereka kembali mengumumkan Mandat Surga dan memerintah Tiongkok selama lebih dari 250 tahun, hingga berakhirnya monarki pada awal abad ke-20.
Kontroversi Nama “Manchuria”
Istilah “Manchuria” sendiri sering menjadi perdebatan. Dalam bahasa Inggris, nama ini umum digunakan untuk merujuk wilayah asal suku Manchu.
Namun di Tiongkok, istilah yang lebih diterima adalah “Tiga Provinsi Timur Laut”. Bahkan, beberapa akademisi masih memperdebatkan asal-usul nama “Manchu” itu sendiri.
Warisan yang Masih Hidup di Timur Laut Tiongkok
Hingga kini, suku Manchu tetap menjadi bagian penting dari mozaik budaya Tiongkok Timur Laut.
Meski banyak tradisi mereka telah terasimilasi dengan budaya Han, semangat dan warisan mereka tetap terasa dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di kawasan tersebut.***
Editor : ADM