![]() |
Aisin Gioro Puyi, Kaisar Terakhir China dari Dinasti Qing/wikipedia |
ACHEHNETWORK.COM – Aisin Gioro Puyi, lahir pada 7 Februari 1906, menjadi kaisar Dinasti Qing di usia yang sangat belia—baru dua tahun—menggantikan Kaisar Guangxu yang wafat pada Desember 1908.
Namun, siapa sangka, kehidupan Puyi yang tampak glamor sebagai seorang kaisar justru penuh dengan intrik politik, penderitaan pribadi, dan perubahan nasib yang drastis.
Masa Kecil yang Terasing di Kota Terlarang
Sebagai kaisar cilik, Puyi dibesarkan di lingkungan yang ketat dan penuh tekanan di dalam Kota Terlarang.
Ia hidup dikelilingi kasim dan pejabat istana, namun terpisah dari keluarganya sendiri. Kehidupannya sangat dikendalikan oleh pengasuhnya, Wang Lianshou, hingga akhirnya diusir oleh Ibu Suri Longyu saat Puyi menginjak usia delapan tahun.
Meski bergelar sebagai kaisar, Puyi tak pernah benar-benar memegang kekuasaan. Ibu Suri Longyu tetap menjadi pemegang kendali pemerintahan yang sebenarnya.
Digulingkan Saat Revolusi, Gagal Kembali ke Tahta
Tahun 1911 menjadi titik balik dalam hidupnya. Revolusi Xinhai memaksa Puyi turun takhta dan secara resmi mengakhiri Dinasti Qing, menandai berakhirnya era kekaisaran Tiongkok.
Namun ia masih diizinkan tinggal di Kota Terlarang hingga tahun 1913, saat Ibu Suri Longyu meninggal dunia.
Upaya untuk merebut kembali kekuasaan pun terjadi, salah satunya pada 1917 saat panglima perang Zhang Xun mencoba mengangkatnya kembali sebagai kaisar. Namun, upaya tersebut gagal total.
Pernikahan Penuh Drama dan Kehidupan Pribadi yang Tragis
Kehidupan pribadi Puyi juga tak lepas dari drama. Ia awalnya memilih Wenxiu sebagai pasangan hidup, namun harus mengikuti kehendak istana dan menikahi Wanrong sebagai permaisuri.
Hubungan mereka tidak harmonis—Wanrong kecanduan opium dan Wenxiu kabur karena merasa diabaikan oleh Puyi.
Kaisar Boneka di Manchukuo
Setelah invasi Jepang ke Manchuria pada 1931, Puyi kembali diangkat sebagai kaisar—namun kali ini hanya sebagai kaisar boneka di negara Manchukuo.
Perannya tidak lebih dari simbol semata, sementara kekuasaan sesungguhnya dipegang oleh pemerintah Jepang.
Setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, Puyi ditangkap oleh tentara Soviet dan kemudian diserahkan kepada pemerintahan komunis Tiongkok.
Hidup Sebagai Warga Biasa di Tiongkok Komunis
Walau tidak diadili sebagai penjahat perang, Puyi dijatuhi hukuman penjara selama 10 tahun. Setelah dibebaskan, ia menjalani hidup baru yang sangat jauh dari kemewahan istana.
Ia bekerja sebagai editor di Beijing, menikah dengan seorang perawat, dan berusaha menyesuaikan diri dengan sistem pemerintahan komunis.
Cermin Perubahan Tiongkok Abad ke-20
Kisah hidup Puyi bukan hanya sekadar perjalanan seorang mantan kaisar, tapi juga gambaran transformasi besar Tiongkok dari monarki ke republik, dan akhirnya menjadi negara komunis.
Dari tahta kekaisaran hingga kehidupan sederhana sebagai rakyat biasa, hidup Puyi menjadi simbol perubahan zaman yang penuh gejolak.***
Editor : ADM