Hari Meugang, Tradisi Orang Aceh Makan Daging Secara Serentak Seluruh Aceh dalam Setahun 3 Kali, Warisan Kesultanan Aceh yang Masih Terjaga - Acheh Network

Hari Meugang, Tradisi Orang Aceh Makan Daging Secara Serentak Seluruh Aceh dalam Setahun 3 Kali, Warisan Kesultanan Aceh yang Masih Terjaga

Senin, 11 Maret 2024 - 02:53 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi penjual daging di hari Meugang di Aceh/

Ilustrasi penjual daging di hari Meugang di Aceh/

 

ACHEHNETWORK.COM – Tradisi Meugang atau Makmeugang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya rakyat Aceh. Bahkan bagi mereka yang merantau ke luar daerah, tradisi ini tetap diingat dan dijaga sebagai warisan leluhur yang penuh makna.

Sejarah Meugang sendiri berakar kuat sejak masa kejayaan Kesultanan Aceh, terutama pada pemerintahan Sultan Iskandar Muda di abad ke-17. Kala itu, hewan ternak seperti sapi, kerbau, kambing, ayam, hingga itik disembelih dalam jumlah besar, lalu dagingnya dibagikan secara gratis kepada rakyat.

Tradisi Penuh Makna dan Kebersamaan

Meugang bukan sekadar ritual makan daging menjelang hari besar Islam, tetapi juga simbol rasa syukur, kebersamaan, dan kepedulian sosial. Biasanya, Meugang dilakukan dua hari sebelum Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha, di mana rakyat Aceh membeli atau menerima daging untuk diolah menjadi hidangan spesial bagi keluarga.

Baca Juga :  Masih Ingat Artis Cilik 90-an? Ini Transformasi 10 Artis Cilik Era 90-an, Masa Kecil hingga Dewasa, Begini Nasipnya Sekarang

Dalam sejarahnya, Sultan Aceh bukan hanya membagikan daging kepada rakyatnya, tetapi juga menyalurkan bantuan sembako dan kain kepada mereka yang kurang mampu. Hal ini menunjukkan betapa tradisi Meugang tidak hanya berbicara soal kuliner, tetapi juga nilai gotong royong dan kesejahteraan sosial.

Baca Juga :  7 Negara Asia yang Paling Banyak Dikunjungi Wisatawan: Destinasi Liburan dengan Pesona yang Tak Terbantahkan

Qanun Meugang: Aturan Kesultanan untuk Berbagi

Menurut sejarawan Aceh, Tarmizi Abdul Hamid alias Cek Midi, tradisi Meugang telah berlangsung lebih dari 400 tahun dan memiliki dasar hukum dalam sistem pemerintahan Kesultanan Aceh.

Kala itu, Sultan mengeluarkan qanun (hukum adat) Meukuta Alam, yang mengatur bahwa setiap hari Meugang, pihak kesultanan melalui Qadi Mua’zzam Khazanah Balai Silatur Rahmi wajib mengumpulkan dirham, kain, serta hewan ternak untuk dibagikan kepada rakyat yang membutuhkan.

Dengan aturan ini, Meugang menjadi lebih dari sekadar tradisi tahunan—ia berkembang menjadi bagian dari sistem sosial yang memastikan setiap orang, termasuk fakir miskin dan kaum dhuafa, bisa merayakan hari besar dengan layak.

Baca Juga :  Keunikan 5 Negara Tanpa Sungai: Fakta Menarik dan Cara Bertahan di Tengah Keterbatasan Alam

Meugang, dari Dulu Hingga Kini

Meskipun zaman telah berubah, semangat Meugang tetap hidup di tengah rakyat Aceh. Hingga kini, menjelang Ramadan dan hari raya, pasar-pasar di Aceh selalu dipenuhi dengan orang-orang yang berburu daging, menjadikan Meugang sebagai momen sakral dan penuh kehangatan keluarga.

Lebih dari sekadar budaya, Meugang adalah manifestasi kepedulian sosial yang diwariskan turun-temurun, membuktikan bahwa nilai berbagi dan kebersamaan tetap menjadi jiwa dalam kehidupan rakyat Aceh.***

 

Editor : ADM

Artikel Terkait

Legenda Pasukan “Zombie” Aceh: Keberanian yang Bikin Belanda Ketakutan
Meugang: Tradisi Sakral Masyarakat Aceh yang Kaya Akan Makna dan Kebersamaan
Tommy Soeharto dan Misteri Pembunuhan Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita: Skandal Besar yang Mengguncang Indonesia
Awal Mula Hancurnya Negara Suriah: Pelajaran yang Bisa Dipetik untuk Indonesia
Tradisi Bakar Batu: Ritual Adat Penuh Makna di Pegunungan Papua
Skandal Polisi Rahasia Cina yang Terbongkar: Pengakuan Mengejutkan dari Mantan Agen
10 Maskapai LCC dengan Ketepatan Waktu Terbaik di Dunia 2024, Indonesia AirAsia Masuk 10 Besar
Aztec Death Whistle: Peluit Mengerikan yang Menyeramkan dengan Suara Jeritan Manusia dan Sejarah Peradaban Aztek

           
Konten berikut adalah iklan platform MGID, media kami tidak terkait dengan materi konten tersebut

Artikel Terkait

Rabu, 26 Maret 2025 - 12:29 WIB

Legenda Pasukan “Zombie” Aceh: Keberanian yang Bikin Belanda Ketakutan

Jumat, 28 Februari 2025 - 17:14 WIB

Meugang: Tradisi Sakral Masyarakat Aceh yang Kaya Akan Makna dan Kebersamaan

Kamis, 30 Januari 2025 - 17:33 WIB

Tommy Soeharto dan Misteri Pembunuhan Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita: Skandal Besar yang Mengguncang Indonesia

Kamis, 30 Januari 2025 - 16:29 WIB

Awal Mula Hancurnya Negara Suriah: Pelajaran yang Bisa Dipetik untuk Indonesia

Kamis, 30 Januari 2025 - 15:43 WIB

Tradisi Bakar Batu: Ritual Adat Penuh Makna di Pegunungan Papua

Kamis, 30 Januari 2025 - 15:24 WIB

Skandal Polisi Rahasia Cina yang Terbongkar: Pengakuan Mengejutkan dari Mantan Agen

Kamis, 30 Januari 2025 - 09:48 WIB

10 Maskapai LCC dengan Ketepatan Waktu Terbaik di Dunia 2024, Indonesia AirAsia Masuk 10 Besar

Rabu, 29 Januari 2025 - 16:51 WIB

Aztec Death Whistle: Peluit Mengerikan yang Menyeramkan dengan Suara Jeritan Manusia dan Sejarah Peradaban Aztek

Berita Terkini