5 Fakta Tentang Selat Muria: Selat Muria dan Peranannya yang Terlupakan di Jawa Tengah - Acheh Network

5 Fakta Tentang Selat Muria: Selat Muria dan Peranannya yang Terlupakan di Jawa Tengah

Senin, 25 Maret 2024 - 04:27 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Selat Muria
Foto: Net

 

AchehNetwork.com – Banjir bandang yang menerjang wilayah Demak, Pati, dan Kudus di Jawa Tengah bukan hanya meninggalkan dampak fisik dan sosial, tapi juga memunculkan kembali perdebatan lama: apakah Selat Muria benar-benar akan kembali setelah 300 tahun menghilang?

Isu ini mencuat setelah akun X (Twitter) @nuruzzaman2 alias Sam Elqudsy mengunggah perbandingan menarik antara peta banjir tahun 2024 dengan citra masa lalu Selat Muria.

Ia menyebut bahwa pola banjir di Demak menyerupai aliran Selat Muria pada abad ke-7 dan ke-16 Masehi, yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Muria.

Apa Itu Selat Muria?

Buat kamu yang belum tahu, Selat Muria adalah jalur laut kuno yang dulu memisahkan Gunung Muria dari daratan utama Pulau Jawa.

Sekitar 300 tahun lalu, selat ini hilang karena pendangkalan akibat sedimentasi alami, menjadikan Pulau Muria menyatu dengan Pulau Jawa.

Baca Juga :  Mitos atau Fakta? Emas Seberat 57 Ton Milik Soekarno di Bank Swiss Terungkap...

5 Fakta Sejarah Selat Muria yang Mungkin Belum Kamu Tahu

1. Penghubung Pulau Jawa dan Pulau Muria

Dulunya, Selat Muria menjadi batas alami antara Pegunungan Kendeng dan Gunung Muria. Letaknya di selatan Gunung Muria, menjadikannya bagian penting dalam peta geografi kuno Jawa Tengah.

2. Jalur Perdagangan Laut Strategis

Pada masa kejayaan Kesultanan Demak, Selat Muria adalah salah satu jalur perdagangan laut tersibuk. Kapal-kapal dari Semarang hingga Maluku sering melintasi selat ini untuk berdagang rempah-rempah dan hasil bumi.

3. Pusat Galangan Kapal Jung Jawa

Tak banyak yang tahu, tapi di sekitar Selat Muria pernah berdiri galangan kapal yang memproduksi kapal-kapal besar seperti Jung Jawa. Kayu jati dari Pegunungan Kendeng menjadi bahan utamanya.

Baca Juga :  4 Negara Merdeka yang Tak Diakui Dunia: Perjuangan Identitas Transnistria dan Wilayah Lainnya

4. Menghilang Akibat Pendangkalan

Hilangnya Selat Muria bukan karena bencana, melainkan akibat proses sedimentasi dari sungai-sungai besar seperti Kali Serang, Sungai Tuntang, dan Sungai Lusi. Endapan dari sungai ini membuat jalur air makin dangkal hingga tak lagi bisa dilayari.

5. Jejak Sejarah yang Masih Terlihat

Meski hilang, jejak Selat Muria masih bisa dilihat lewat sungai-sungai seperti Kalilondo dan Silugunggo, serta situs arkeologi kuno seperti Medang di Grobogan. Bahkan, fosil hewan laut di situs Patiayam, Kudus, memperkuat bukti bahwa kawasan ini dulunya berada di bawah laut.

Apa Kata Pakar?

Menurut Eko Soebowo, pakar geologi dari BRIN, fenomena penurunan tanah di Demak dan sekitarnya memang nyata dan bisa menjadi faktor perubahan bentang alam.

Namun, ia menegaskan bahwa kembalinya Selat Muria bukan disebabkan langsung oleh banjir, melainkan karena subsidence atau penurunan permukaan tanah akibat struktur geologi yang belum padat.

Baca Juga :  5 Etnis Terbesar di Asia Tenggara, 2 di Antaranya Ada di Indonesia

Apakah Selat Muria Benar-Benar Akan Kembali?

Meski terlihat menarik, sebagian besar ahli menyebut bahwa kembalinya Selat Muria secara utuh masih sangat kecil kemungkinannya.

Namun, pola banjir yang menyerupai peta kuno Selat Muria tetap memancing diskusi publik, terutama di media sosial.

Penutup

Selat Muria bukan hanya bagian dari geografi masa lalu, tapi juga saksi bisu kejayaan perdagangan maritim dan budaya bahari di Jawa Tengah.

Kini, meskipun hanya tersisa jejak dan cerita, namanya kembali mencuat karena bencana banjir yang menghantam kawasan sekitarnya.

Apakah ini pertanda bahwa alam sedang mengingatkan kita pada sejarahnya? Atau hanya kebetulan geologis belaka?

Yang jelas, kisah Selat Muria tetap menyimpan misteri yang menarik untuk ditelusuri.***

Editor : ADM

Artikel Terkait

Legenda Pasukan “Zombie” Aceh: Keberanian yang Bikin Belanda Ketakutan
Meugang: Tradisi Sakral Masyarakat Aceh yang Kaya Akan Makna dan Kebersamaan
Tommy Soeharto dan Misteri Pembunuhan Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita: Skandal Besar yang Mengguncang Indonesia
Awal Mula Hancurnya Negara Suriah: Pelajaran yang Bisa Dipetik untuk Indonesia
Tradisi Bakar Batu: Ritual Adat Penuh Makna di Pegunungan Papua
Skandal Polisi Rahasia Cina yang Terbongkar: Pengakuan Mengejutkan dari Mantan Agen
10 Maskapai LCC dengan Ketepatan Waktu Terbaik di Dunia 2024, Indonesia AirAsia Masuk 10 Besar
Aztec Death Whistle: Peluit Mengerikan yang Menyeramkan dengan Suara Jeritan Manusia dan Sejarah Peradaban Aztek

           
Konten berikut adalah iklan platform MGID, media kami tidak terkait dengan materi konten tersebut

Artikel Terkait

Rabu, 26 Maret 2025 - 12:29 WIB

Legenda Pasukan “Zombie” Aceh: Keberanian yang Bikin Belanda Ketakutan

Jumat, 28 Februari 2025 - 17:14 WIB

Meugang: Tradisi Sakral Masyarakat Aceh yang Kaya Akan Makna dan Kebersamaan

Kamis, 30 Januari 2025 - 17:33 WIB

Tommy Soeharto dan Misteri Pembunuhan Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita: Skandal Besar yang Mengguncang Indonesia

Kamis, 30 Januari 2025 - 16:29 WIB

Awal Mula Hancurnya Negara Suriah: Pelajaran yang Bisa Dipetik untuk Indonesia

Kamis, 30 Januari 2025 - 15:43 WIB

Tradisi Bakar Batu: Ritual Adat Penuh Makna di Pegunungan Papua

Kamis, 30 Januari 2025 - 15:24 WIB

Skandal Polisi Rahasia Cina yang Terbongkar: Pengakuan Mengejutkan dari Mantan Agen

Kamis, 30 Januari 2025 - 09:48 WIB

10 Maskapai LCC dengan Ketepatan Waktu Terbaik di Dunia 2024, Indonesia AirAsia Masuk 10 Besar

Rabu, 29 Januari 2025 - 16:51 WIB

Aztec Death Whistle: Peluit Mengerikan yang Menyeramkan dengan Suara Jeritan Manusia dan Sejarah Peradaban Aztek

Berita Terkini