Ternyata Ini Asal Usul Penamaan Krueng Sarullah di Aceh Selatan: Jejak Kisah Menarik 3 Bersaudara dari Negeri Manggopoh yang Mencari Tanah Baru - Acheh Network

Ternyata Ini Asal Usul Penamaan Krueng Sarullah di Aceh Selatan: Jejak Kisah Menarik 3 Bersaudara dari Negeri Manggopoh yang Mencari Tanah Baru

Rabu, 17 Januari 2024 - 14:25 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sejarah Krueng Sarullah
jembatan Krueng Sarullah II (Foto: Steemit)

AchehNetwork.com – Jembatan Krueng Sarullah II, yang menjulang megah di Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan, telah menjadi destinasi wisata yang begitu populer.

Keindahan panorama alam dengan pemandangan gunung dan laut dari atas jembatan menarik perhatian para pengunjung, memicu gelombang kunjungan untuk menikmati keelokan alam dan mengabadikan momen indah.

Dibangun sejak April 2018, Jembatan Krueng Sarullah II segera menjadi primadona di Tapaktuan. 

Setiap hari, puluhan pengunjung menyambangi jembatan ini yang berdiri di atas reklamasi pantai Tapaktuan.

Namun, di balik kepopulerannya, tidak banyak yang mengetahui alasan penamaan jembatan ini sebagai Krueng Sarullah.

Meskipun begitu, kebanyakan orang lebih mengenalnya dengan sebutan jembatan taluak atau jembatan gantung.

Hal ini dikarenakan sebelumnya, di lokasi ini terdapat sebuah jembatan gantung yang menjadi ciri khas. 

Namun, seiring berjalannya waktu, nama asli Krueng Sarullah hampir terlupakan, hanya dikenal oleh mereka yang benar-benar memahami sejarahnya.

Namun, tahukah kita mengapa sungai atau krueng (dalam bahasa Aceh) di Tapaktuan ini disebut Krueng Sarullah?

Baca Juga :  Ternyata 4 Artis Ini Berketurunan PKI: Jejak Keturunan PKI dalam Dunia Artis Indonesia

Cerita menarik ini membawa kita kembali ke masa lalu.

Beberapa tahun yang lalu, sebuah pencarian akan asal-usul bahasa Aneuk Jamee di Tapaktuan membawa penulis kepada Teuku Laksamana bi Teukoe Fitahruddin, keturunan Raja Tapaktuan yang ke-11.

Dari beliau, terungkap cerita menarik ini.

Pada zaman dahulu, ketika hutan belantara masih menyelimuti perkampungan dan manusia belum beranak pinak, tiga pemuda dari Negeri Manggopoh memulai perjalanan ke sebuah daerah pesisir. 

Mereka adalah Raja Bingkalang, Raja Sarullah, dan Raja Jali, tiga saudara yang berharap mencari kehidupan baru.

Daerah yang mereka datangi menakjubkan, dan keindahan pesisir membawa inspirasi untuk membuka lahan perladangan di sana.

Melalui musyawarah, mereka sepakat untuk membuka lahan di sepanjang pantai, dengan setiap kakak adik menempati wilayah timur atau barat.

Namun, saat membersihkan hutan, mereka menemukan sesuatu yang mengejutkan: sebuah gundukan tanah panjang di tepi anak sungai, bermuara ke laut lepas.

Baca Juga :  8 Daerah di Pulau Sumatera yang Siap Menjadi Provinsi Baru, 2 di Antaranya Ada di Provinsi Aceh Loh

Mereka menemukan kuburan Tuan Tapa, sebuah makam yang diyakini sebagai tempat peristirahatan seorang ulama besar.

Keberadaan kuburan tersebut menambah keyakinan mereka akan cerita rakyat tentang Naga dan Tuan Tapa.

Negeri ini diberi nama Tapaktuan atau Kota Naga, yang sekarang menjadi tempat pemukiman padat penduduk.

Namun, cerita tidak berakhir begitu saja. Berita duka datang ketika Raja Sarullah menghilang secara misterius.

Setelah pencarian dua hari, mayatnya ditemukan di hulu sungai, bersamaan dengan hilangnya istri Raja Sarullah yang diculik oleh Raja Kuantan.

Raja Sarullah diduga dibunuh saat menuba ikan oleh Raja Kuantan.

Kisah tragis ini menciptakan ketegangan di Tapaktuan, dan sungai tempat kejadian diberi nama Kuala Sarullah atau Krueng Sarullah sebagai penghormatan terakhir kepada Raja Sarullah.

Inilah asal mula nama Krueng Sarullah di Tapaktuan, sebuah kisah sejarah yang tertanam dalam nama jembatan yang kini menjadi daya tarik utama: Jembatan Kreung Sarullah II.

Cerita ini dikutip dari Steemit/@yellsaints24

Narasumber cerita : Teuku Laksamana

Artikel Terkait

Transformasi Suriah: Perubahan Pemerintahan dan Bendera Nasional di Tahun 2024
Menyingkap Kisah Minoritas Syiah Sekte Alawi di Suriah: Dari Kejayaan hingga Perjuangan di Tengah Konflik
Menguak 3 Alasan Jepang Menjajah Indonesia: Kepentingan Perang hingga Ekonomi
Daftar 10 Kota dengan UMP Tertinggi di Indonesia pada 2025: Jakarta Tetap di Puncak!
Suriah: Menyingkap Kekayaan Sejarah di Tanah Peradaban Dunia
Tragedi Kematian Meurah Pupok: Pengkhianatan, Konspirasi, dan Penyesalan Sultan Iskandar Muda
Concorde: Ikon Pesawat Supersonik yang Mengubah Sejarah Penerbangan Dunia yang Telah Pensiun
20 Tahun Berlalu Gempa dan Tsunami Dahsyat 26 Desember 2004 di Aceh dan Dunia

           
Konten berikut adalah iklan platform MGID, media kami tidak terkait dengan materi konten tersebut
Konten berikut adalah iklan platform Recreativ, media kami tidak terkait dengan materi konten tersebut

Artikel Terkait

Rabu, 8 Januari 2025 - 17:29 WIB

Transformasi Suriah: Perubahan Pemerintahan dan Bendera Nasional di Tahun 2024

Minggu, 5 Januari 2025 - 22:54 WIB

Menyingkap Kisah Minoritas Syiah Sekte Alawi di Suriah: Dari Kejayaan hingga Perjuangan di Tengah Konflik

Kamis, 2 Januari 2025 - 01:01 WIB

Menguak 3 Alasan Jepang Menjajah Indonesia: Kepentingan Perang hingga Ekonomi

Jumat, 27 Desember 2024 - 18:42 WIB

Daftar 10 Kota dengan UMP Tertinggi di Indonesia pada 2025: Jakarta Tetap di Puncak!

Jumat, 27 Desember 2024 - 16:49 WIB

Suriah: Menyingkap Kekayaan Sejarah di Tanah Peradaban Dunia

Minggu, 22 Desember 2024 - 20:55 WIB

Tragedi Kematian Meurah Pupok: Pengkhianatan, Konspirasi, dan Penyesalan Sultan Iskandar Muda

Sabtu, 21 Desember 2024 - 22:20 WIB

Concorde: Ikon Pesawat Supersonik yang Mengubah Sejarah Penerbangan Dunia yang Telah Pensiun

Sabtu, 21 Desember 2024 - 17:13 WIB

20 Tahun Berlalu Gempa dan Tsunami Dahsyat 26 Desember 2004 di Aceh dan Dunia

Berita Terkini