Tari Landoq Suku Kluet (Kebudayaan.Kemdikbud) |
AchehNetwork.com – Suku Kluet, sebuah komunitas yang penuh semangat, menorehkan cerita menarik di Aceh Selatan. Nama “Kluet” sendiri mencuri perhatian, berasal dari bahasa Aceh “Kleuet,” yang artinya “liar.”
Sebuah sebutan yang mengisyaratkan pada keberanian dan keunikan kelompok ini.
Ada juga interpretasi lain yang menyebut bahwa “Kluet” bersumber dari kata “kalut,” yang menggambarkan bertapa atau mengasingkan diri ke hutan.
Dalam gemerlap Kesultanan Aceh, Suku Kluet dikenal sebagai kelompok yang terisolasi.
Namun, kini, mereka menetap dengan kokohnya di Kluet Utara dan Selatan, menciptakan keberagaman di tanah Aceh.
Sejarah Penuh Intrik
Masyarakat Kluet terbagi dalam empat kemukiman: Menggamat dan Sejahtera di Kluet Utara, Makmur dan Perdamaian di Kluet Selatan.
Di bawah kepemimpinan seorang Mukim, mirip dengan struktur di Aceh pada umumnya, Suku Kluet membawa sejarah mereka yang kaya.
Waktu Kesultanan Aceh berjaya, mereka menjalani masa terisolasi, dan sekarang, mereka menetap di Aceh Selatan, mewarisi kearifan lokal dan melestarikannya.
Bahasa yang Mempesona
Suku Kluet menghadirkan tiga dialek bahasa yang memukau: Paya Dapur, Menggamat, dan Krueng Kluet.
Bahasa ini, merasuki oleh nuansa Aceh, Karo, Alas, Gayo, dan Minangkabau, menjadi simbol kekayaan budaya dan warisan linguistik Suku Kluet.
Budaya Pertanian yang Berkah
Bercocok tanam padi di sawah dan ladang adalah nafas kehidupan Suku Kluet.
Seperti komunitas Aceh lainnya, mereka juga terlibat dalam berkebun kopi, cengkeh, kelapa, dan karet.
Meskipun menggunakan alat pertanian sederhana, kehidupan ekonomi mereka mencerminkan ketahanan dan keterampilan yang tak ternilai.
Kehidupan Sosial yang Meriah
Kampung Suku Kluet, dikenal sebagai gampong, tidak hanya tempat tinggal tetapi juga menyimpan sejarah dalam setiap rumah dan bangunan.
Mereka memiliki berangdang (lumbung), meursah (balai umum), deyah (surau untuk wanita), rangkang (rumah bujang), dan masjid.
Struktur masyarakat Kluet, dengan keluarga inti disebut jabo atau jabu, menggambarkan kekompakan dalam sistem klen yang disebut marga.
Kisah Cinta dan Kekerabatan
Dalam kehidupan ekonomi rumah tangga, keluarga jabo bersatu dengan keluarga luasnya untuk berbagai kegiatan sosial-ekonomi, seperti mengerjakan sawah atau kebun.
Filosofi hidup mereka menekankan hubungan kekerabatan yang bersifat patrilineal, dengan pilihan pasangan yang eksogami marga.
Tradisi menetap setelah pernikahan, disebut uksorilokal, menunjukkan kedalaman hubungan sosial dalam masyarakat Kluet.
Suku Kluet, dengan segala keunikannya, membawa kita pada petualangan yang tak terlupakan di tanah Aceh Selatan.
Keberanian mereka menciptakan jejak yang menginspirasi, dan kehidupan yang kaya tradisi ini menawarkan pandangan yang menyentuh jiwa.(*)