Ilustrasi Hasil Kekayaan dari Migas, Brunei Darussalam akan Miskin dalam Beberapa Tahun ke Depan (pixabay) |
AchehNetwork.com – Brunei Darussalam, sebuah negara monarki absolut yang terletak di pulau Kalimantan, sering kali disebut-sebut sebagai salah satu negara yang sangat kaya.
Kekayaannya telah terkenal di seluruh dunia, terutama karena kepemimpinan Sultan Hassanal Bolkiah yang sering memamerkan kemewahan.
Kabar yang beredar menyebutkan bahwa kekayaan Sultan Brunei mencapai ratusan triliun rupiah.
Namun, apa sebenarnya sumber kekayaan negara kecil ini?
Sumber utama kekayaan Brunei Darussalam berasal dari sektor minyak dan gas alam, yang sering disingkat menjadi migas.
Meskipun terkenal sebagai negara kaya, Brunei masih secara resmi dikategorikan sebagai negara berkembang.
Hal ini disebabkan oleh ketergantungan mereka pada sektor primer, khususnya dalam pertambangan minyak dan gas.
Untuk mencapai status negara maju, Brunei telah mengembangkan sektor ekonomi lainnya, seperti industri, jasa, dan perdagangan.
Selain migas, Brunei juga mengandalkan hasil perikanan dan bahan kimia organik.
Namun, sektor-sektor ini hanya menyumbang sebagian kecil dari pendapatan negara.
Lebih mengejutkan lagi, sumber daya migas yang menjadi tulang punggung ekonomi Brunei diperkirakan akan habis pada tahun 2035.
Jika Brunei tidak mencari sumber pendapatan alternatif, mereka berisiko mengalami kemunduran ekonomi.
Namun, Sultan Hassanal Bolkiah telah mengambil langkah tegas.
Pada tahun 1983, dia mendirikan Badan Investasi Brunei, yang bertanggung jawab untuk mengelola dana yang diperoleh dari penjualan migas.
Hasil dari investasi tersebut telah mengubah wajah Brunei.
Negara ini kini memiliki sejumlah hotel mewah yang tersebar di Eropa dan Amerika.
Bahkan, pemerintah Brunei telah membawa kemewahan ini ke Indonesia.
Di Bali, mereka memiliki sebuah hotel berbintang yang bernama “Nusa Dua Beach and Spa,” yang menjadi salah satu destinasi mewah di pulau dewata.
Tindakan Sultan Hassanal Bolkiah ini membuktikan bahwa Brunei telah berusaha keras untuk menghadapi masa depan tanpa migas.
Diversifikasi ekonomi dan investasi yang bijak adalah kunci dari keberlanjutan kekayaan mereka.(*)