Teuku Umar: Pejuang dan Pemimpin Perlawanan Aceh - Acheh Network

Teuku Umar: Pejuang dan Pemimpin Perlawanan Aceh

Sabtu, 2 September 2023 - 14:08 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Teuku Umar, Pejuang Aceh
Lukisan Teuku Umar bersama pengikutnya (Steemit)

Teuku Umar, Pemimpin Perjuangan Aceh

Teuku Umar lahir di Meulaboh, Aceh Barat, pada tahun 1854, dari keluarga bangsawan.

Ayahnya, Teuku Achmad Mahmud, adalah seorang Uleebalang dan adik perempuan Raja Meulaboh. Dalam keluarga yang terhormat ini, Teuku Umar dibesarkan bersama dengan dua saudara perempuan dan tiga saudara laki-laki.

Keluarganya memiliki akar Minangkabau, dan nenek moyangnya memiliki hubungan dengan Sultan Aceh, yang pada saat itu menghadapi ancaman dari seorang Panglima Sagi yang ingin merebut kekuasaannya.

Pendidikan dan Kepribadian

Teuku Umar tidak pernah menerima pendidikan formal, tetapi sejak kecil ia dikenal sebagai anak yang cerdas, pemberani, dan penuh semangat.

Ia kadang suka terlibat dalam pertikaian fisik dengan teman-teman sebayanya dan memiliki sifat yang keras serta pantang menyerah dalam menghadapi segala persoalan.

Meskipun tidak memiliki pendidikan formal, Teuku Umar mampu tumbuh menjadi seorang pemimpin yang kuat, cerdas, dan pemberani.

Perang Aceh

Ketika perang Aceh melawan penjajah Belanda pecah pada tahun 1873, Teuku Umar bergabung dengan pejuang-pejuang Aceh lainnya, meskipun ia masih berusia 19 tahun pada saat itu.

Awalnya, ia berjuang di kampung halamannya sendiri dan kemudian bergerak ke wilayah Aceh Barat. 

Pada usia yang masih sangat muda, Teuku Umar diangkat sebagai kepala desa (keuchik gampong) di Daya Meulaboh.

Baca Juga :  Rekomendasi 10 Menu Bakar-Bakar Tahun Baru yang Kekinian, Goyang Lidah dengan Kuliner Hits Bersama Keluarga dan Sahabat!

Pada usia 20 tahun, Teuku Umar menikahi Nyak Sofiah, anak seorang Uleebalang Glumpang. 

Kemudian, untuk meningkatkan posisinya, ia menikah lagi dengan Nyak Mahligai, putri Panglima Sagi XXV Mukim.

Pada tahun 1880, ia menikahi janda Cut Nyak Dhien, putri pamannya Teuku Nanta Setia.

Cut Nyak Dhien adalah istri dari Teuku Ibrahim Lamnga yang gugur dalam pertempuran melawan Belanda.

Taktik Penyerahan Diri

Teuku Umar mengembangkan strategi yang cerdik untuk memperoleh senjata dari pihak Belanda.

Ia berpura-pura menjadi antek Belanda dan berupaya memanfaatkan posisinya untuk kepentingan perjuangan Aceh.

Belanda akhirnya berdamai dengan pasukan Teuku Umar pada tahun 1883, dan Teuku Umar bahkan masuk dinas militer Belanda.

Namun, Teuku Umar tetap mempertahankan kesetiaannya kepada perjuangan Aceh dan menggunakan posisinya untuk mengelabui Belanda.

Ia melakukan perang pura-pura dan hanya menyerang Uleebalang yang memeras rakyat Aceh.

Taktik ini berhasil, dan sebagai hasilnya, ia memperoleh tambahan pasukan dan senjata dari Belanda.

Insiden Kapal Nicero

Salah satu peristiwa penting dalam perjuangan Teuku Umar adalah insiden kapal Nicero.

Kapal Nicero yang terdampar di pantai Aceh menjadi pusat perseteruan diplomatik antara Belanda dan Inggris.

Teuku Umar memanfaatkan situasi ini untuk memerdekakan para sandera yang ditahan oleh Raja Teunom dan juga untuk mengumpulkan senjata dari kapal tersebut.

Baca Juga :  10 Negara dengan Umur Terpendek di Dunia: Harapan Hidup Penduduk yang Terbatas, Ini Penyebabnya...

Selanjutnya, Teuku Umar terus memimpin perlawanan rakyat Aceh melawan penjajahan Belanda dan berhasil merebut kembali beberapa wilayah dari tangan penjajah.

Penyerahan Diri dan Kembali ke Perjuangan

Pada tahun 1893, Teuku Umar secara sukarela menyerahkan diri kepada Belanda dengan jaminan keselamatan dan pengampunan.

Ia diberi gelar “Teuku Johan Pahlawan Panglima Besar Nederland.”

Namun, niatnya adalah untuk memanfaatkan kesempatan ini untuk mengumpulkan senjata dan pasukan yang lebih besar untuk melanjutkan perjuangan.

Pada tahun 1896, Teuku Umar keluar dari dinas militer Belanda dengan membawa pasukannya serta senjata-senjata yang telah ia kumpulkan.

Hal ini memicu kemarahan Belanda, tetapi Teuku Umar dan pasukannya berhasil merebut beberapa wilayah dari tangan Belanda.

Gugurnya Teuku Umar

Sayangnya, perjuangan Teuku Umar berakhir pada tanggal 9 Februari 1899, ketika ia gugur dalam pertempuran melawan pasukan Belanda di Meulaboh.

Dalam usia 45 tahun, Teuku Umar meninggal akibat luka-luka yang diterimanya dalam pertempuran tersebut.

Meskipun Teuku Umar telah tiada, perjuangan Aceh melawan penjajah Belanda tetap berlanjut di bawah pimpinan Cut Nyak Dhien dan pemimpin Aceh lainnya.

Teuku Umar dianggap sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia dan jasanya diabadikan dalam sejarah perjuangan Aceh melawan penjajah.(*)

Artikel Terkait

Greenland: Gerbang Perang Dunia III – Amerika, Rusia, China, Denmark, dan Uni Eropa
Transformasi Suriah: Perubahan Pemerintahan dan Bendera Nasional di Tahun 2024
Menyingkap Kisah Minoritas Syiah Sekte Alawi di Suriah: Dari Kejayaan hingga Perjuangan di Tengah Konflik
Menguak 3 Alasan Jepang Menjajah Indonesia: Kepentingan Perang hingga Ekonomi
Daftar 10 Kota dengan UMP Tertinggi di Indonesia pada 2025: Jakarta Tetap di Puncak!
Suriah: Menyingkap Kekayaan Sejarah di Tanah Peradaban Dunia
Tragedi Kematian Meurah Pupok: Pengkhianatan, Konspirasi, dan Penyesalan Sultan Iskandar Muda
Concorde: Ikon Pesawat Supersonik yang Mengubah Sejarah Penerbangan Dunia yang Telah Pensiun

           
Konten berikut adalah iklan platform MGID, media kami tidak terkait dengan materi konten tersebut
Konten berikut adalah iklan platform Recreativ, media kami tidak terkait dengan materi konten tersebut

Artikel Terkait

Kamis, 23 Januari 2025 - 17:31 WIB

Greenland: Gerbang Perang Dunia III – Amerika, Rusia, China, Denmark, dan Uni Eropa

Rabu, 8 Januari 2025 - 17:29 WIB

Transformasi Suriah: Perubahan Pemerintahan dan Bendera Nasional di Tahun 2024

Minggu, 5 Januari 2025 - 22:54 WIB

Menyingkap Kisah Minoritas Syiah Sekte Alawi di Suriah: Dari Kejayaan hingga Perjuangan di Tengah Konflik

Kamis, 2 Januari 2025 - 01:01 WIB

Menguak 3 Alasan Jepang Menjajah Indonesia: Kepentingan Perang hingga Ekonomi

Jumat, 27 Desember 2024 - 18:42 WIB

Daftar 10 Kota dengan UMP Tertinggi di Indonesia pada 2025: Jakarta Tetap di Puncak!

Jumat, 27 Desember 2024 - 16:49 WIB

Suriah: Menyingkap Kekayaan Sejarah di Tanah Peradaban Dunia

Minggu, 22 Desember 2024 - 20:55 WIB

Tragedi Kematian Meurah Pupok: Pengkhianatan, Konspirasi, dan Penyesalan Sultan Iskandar Muda

Sabtu, 21 Desember 2024 - 22:20 WIB

Concorde: Ikon Pesawat Supersonik yang Mengubah Sejarah Penerbangan Dunia yang Telah Pensiun

Berita Terkini