Pengkhianatan Waki Wahab Terhadap Kesultanan Aceh: Peran Penting dalam Runtuhnya Kesultanan Aceh - Acheh Network

Pengkhianatan Waki Wahab Terhadap Kesultanan Aceh: Peran Penting dalam Runtuhnya Kesultanan Aceh

Minggu, 3 September 2023 - 06:40 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Runtuhnya Kesultanan Aceh, Sejarah Aceh
Potret Waki Wahab (@KLTV Asrisp)

Acheh Network – Sejarah kelam Kesultanan Aceh menyisakan kenangan pahit tentang pengkhianatan dari kalangan sendiri yang turut berperan dalam akhir tragis dari salah satu kerajaan paling kuat di Nusantara ini.

Salah satu tokoh pengkhianat terkemuka yang mencoreng sejarah Aceh adalah seorang bernama Waki Wahab.

Waki Wahab, asal Aceh, memainkan peran penting dalam mengkhianati kesetiannya kepada tanah airnya.

Ia menjadi agen intelijen untuk Belanda dan sekaligus penunjuk jalan yang sangat berharga bagi penjajah.

Dikenal sebagai seorang yang mahir dalam berpura-pura dan memiliki pengetahuan luas tentang geografi Aceh, Waki Wahab dipercaya untuk menjalankan misi berbahaya.

Ketika pemerintah kolonial Belanda memulai misi untuk menangkap para pejabat dan keluarga Kerajaan Aceh yang saat itu tengah dalam pelarian, Waki Wahab dipercayakan untuk memata-matai keberadaan mereka, termasuk Sultan Aceh.

Hasil kerjanya yang cermat memberikan informasi berharga kepada Belanda, termasuk tempat persembunyian Teungku Putroe Geulumpang Payong, salah satu istri Sultan Aceh.

Baca Juga :  Kota Baru di Aceh Dibentuk, Wilayah Seluas 1.391 Km2 Hasil Pemekaran Kabupaten...

Istri Sultan Aceh yang sangat dicintai ini kemudian ditangkap oleh pasukan Belanda pada tanggal 26 November 1902, di bawah pimpinan Letnan Christoffel.

Sebulan kemudian, pada tanggal 26 Desember 1902, pasukan Belanda di bawah komando Kapten van der Maateen berhasil menangkap istri Sultan Aceh lainnya, Pocut Cot Murong, beserta satu-satunya anak Sultan, Tuanku Ibrahim yang masih balita, di Lam Meulo.

Metode penangkapan dan penyanderaan keluarga Sultan Aceh, yang dikenal dengan sebutan “Metode Christoffel,” dijalankan sesuai anjuran C. Snouck Hurgronye, seorang pejabat kolonial Belanda yang ingin segera mengakhiri perang Aceh.

Keberhasilan menangkap istri dan anak Sultan Aceh membuat Gubernur Jenderal dan Militer Belanda di Aceh, Jenderal Van Heutsz, mengeluarkan ultimatum kepada Sultan Aceh.

Ultimatum tersebut memberi Sultan satu bulan untuk menyerah, jika tidak, istri dan puteranya akan diasingkan dari Aceh.

Baca Juga :  Melintasi Aroma Nusantara: 5 Provinsi Penghasil Kopi Terbesar di Indonesia

Ultimatum ini membuat Sultan Aceh, yang tengah bersembunyi, gentar. Pada tanggal 10 Januari 1903, Sultan akhirnya menyerahkan diri di Sigli.

Setelahnya, Panglima Polem juga menyerah kepada Belanda berkat informasi dari Waki Wahab.

Dengan penyerahan Sultan Aceh dan Panglima Polem, kemudian diikuti oleh penyerahan para buronan lainnya dari pihak Kesultanan.

Ini adalah akhir tragis bagi Kesultanan Aceh yang pernah begitu kuat.

Waki Wahab, sang pengkhianat, diberi hadiah kekayaan oleh Belanda sebagai imbalan atas jasanya yang sangat berharga.

Ia hidup dalam kemewahan, meskipun harganya adalah pengkhianatan terhadap negaranya sendiri.

Foto Waki Wahab seperti yang terdapat dalam arsip kolonial Belanda menunjukkan saat-saat dia menghadap Belanda, memegang sekarung uang, sementara rencong, senjata tradisional Aceh, terselip di pinggangnya.

Pengkhianatan Waki Wahab adalah salah satu kisah kelam dalam sejarah Aceh yang mengingatkan kita akan kompleksitas dan tragedi di balik perjuangan bangsa.(*)

Artikel Terkait

Transformasi Suriah: Perubahan Pemerintahan dan Bendera Nasional di Tahun 2024
Menyingkap Kisah Minoritas Syiah Sekte Alawi di Suriah: Dari Kejayaan hingga Perjuangan di Tengah Konflik
Menguak 3 Alasan Jepang Menjajah Indonesia: Kepentingan Perang hingga Ekonomi
Daftar 10 Kota dengan UMP Tertinggi di Indonesia pada 2025: Jakarta Tetap di Puncak!
Suriah: Menyingkap Kekayaan Sejarah di Tanah Peradaban Dunia
Tragedi Kematian Meurah Pupok: Pengkhianatan, Konspirasi, dan Penyesalan Sultan Iskandar Muda
Concorde: Ikon Pesawat Supersonik yang Mengubah Sejarah Penerbangan Dunia yang Telah Pensiun
20 Tahun Berlalu Gempa dan Tsunami Dahsyat 26 Desember 2004 di Aceh dan Dunia

           
Konten berikut adalah iklan platform MGID, media kami tidak terkait dengan materi konten tersebut
Konten berikut adalah iklan platform Recreativ, media kami tidak terkait dengan materi konten tersebut

Artikel Terkait

Rabu, 8 Januari 2025 - 17:29 WIB

Transformasi Suriah: Perubahan Pemerintahan dan Bendera Nasional di Tahun 2024

Minggu, 5 Januari 2025 - 22:54 WIB

Menyingkap Kisah Minoritas Syiah Sekte Alawi di Suriah: Dari Kejayaan hingga Perjuangan di Tengah Konflik

Kamis, 2 Januari 2025 - 01:01 WIB

Menguak 3 Alasan Jepang Menjajah Indonesia: Kepentingan Perang hingga Ekonomi

Jumat, 27 Desember 2024 - 18:42 WIB

Daftar 10 Kota dengan UMP Tertinggi di Indonesia pada 2025: Jakarta Tetap di Puncak!

Jumat, 27 Desember 2024 - 16:49 WIB

Suriah: Menyingkap Kekayaan Sejarah di Tanah Peradaban Dunia

Minggu, 22 Desember 2024 - 20:55 WIB

Tragedi Kematian Meurah Pupok: Pengkhianatan, Konspirasi, dan Penyesalan Sultan Iskandar Muda

Sabtu, 21 Desember 2024 - 22:20 WIB

Concorde: Ikon Pesawat Supersonik yang Mengubah Sejarah Penerbangan Dunia yang Telah Pensiun

Sabtu, 21 Desember 2024 - 17:13 WIB

20 Tahun Berlalu Gempa dan Tsunami Dahsyat 26 Desember 2004 di Aceh dan Dunia

Berita Terkini