Kisah Kelam Budak-Budak di Zaman Penjajahan Belanda di Indonesia, dari Dapur, Kasur hingga Babak Belur - Acheh Network

Kisah Kelam Budak-Budak di Zaman Penjajahan Belanda di Indonesia, dari Dapur, Kasur hingga Babak Belur

Selasa, 12 September 2023 - 15:27 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

Hindia Belanda, Perbudakan di Indonesia, Penjajahan
(Foto: Ist)
Sejarah Nusantara, Acheh Network – Ketika Belanda menjajah Indonesia, terjadi pembagian masyarakat yang sangat ketat, yang menempatkan orang Belanda atau Eropa sebagai kelas satu, sedangkan orang pribumi dihimpit sebagai kelas sosial yang paling rendah.

Pentingnya status sosial ini tercermin dalam cara orang-orang Belanda membangun rumah mereka. 

Mereka berlomba-lomba membangun rumah sebesar mungkin, semewah mungkin, dan sebagus mungkin. Bagi mereka, rumah bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga ukuran kekayaan dan gengsi.

Rumah-rumah besar itu memerlukan banyak tenaga untuk merawatnya, dan inilah mengapa mereka mengangkat budak atau babu untuk menjalankan berbagai tugas rumah tangga mereka.

Sebagian besar budak ini dibeli dari penyedia jasa, sementara sebagian lagi dicari sendiri.

Baca Juga :  Pesona Negara Malta: Dari Keindahan Valletta hingga Warisan Budaya dan Kuliner yang Memikat di Pulau Mediterania Kecil Ini

Istilah “Jongos” digunakan untuk merujuk pada budak laki-laki, sementara “Babu” digunakan untuk merujuk pada budak perempuan.

Semakin banyak budak yang dimiliki seseorang, semakin tinggi pula gengsinya.

Tugas seorang Babu sangat berat, mereka bertanggung jawab penuh terhadap semua pekerjaan rumah, termasuk mengurus dapur, mencuci, dan membersihkan rumah.

Bahkan, ada kasus di mana Babu harus melayani tuannya secara seksual, terutama bagi tentara atau pejabat Belanda yang tidak membawa istri atau belum menikah.

Selain tugas rumah tangga, kadang-kadang Babu juga dipaksa untuk melakukan pekerjaan kasar seperti membersihkan kebun dan tugas-tugas lainnya.

Baca Juga :  Seluas 580,33 km2, Pemekaran Aceh Raya dari Aceh Besar akan Segera Terwujud, Benarkah?

Budak laki-laki atau Jongos biasanya mendapat pekerjaan yang lebih berat, seperti mengurus kuda atau ternak, bahkan memelihara kebun.

Para budak ini harus patuh dan taat, karena pelanggaran atau pekerjaan yang tidak sempurna akan berakibat serius bagi mereka.

Salah satu cerita tragis datang dari seorang tuan tanah kaya pada abad ke-19 bernama Mayor Jantje. Pada tahun 1831, rumah tangga Mayor Jantje memiliki 320 budak.

Beberapa di antaranya bahkan menjadi pemain musik serba bisa, penari ronggeng, pemain gambang, penari topeng, dan bahkan budak yang dilatih untuk menjadi artis dalam rombongan sandiwara China yang berkembang pesat pada masa itu.

Lanjut Halaman 2

Artikel Terkait

Greenland: Gerbang Perang Dunia III – Amerika, Rusia, China, Denmark, dan Uni Eropa
Transformasi Suriah: Perubahan Pemerintahan dan Bendera Nasional di Tahun 2024
Menyingkap Kisah Minoritas Syiah Sekte Alawi di Suriah: Dari Kejayaan hingga Perjuangan di Tengah Konflik
Menguak 3 Alasan Jepang Menjajah Indonesia: Kepentingan Perang hingga Ekonomi
Daftar 10 Kota dengan UMP Tertinggi di Indonesia pada 2025: Jakarta Tetap di Puncak!
Suriah: Menyingkap Kekayaan Sejarah di Tanah Peradaban Dunia
Tragedi Kematian Meurah Pupok: Pengkhianatan, Konspirasi, dan Penyesalan Sultan Iskandar Muda
Concorde: Ikon Pesawat Supersonik yang Mengubah Sejarah Penerbangan Dunia yang Telah Pensiun

           
Konten berikut adalah iklan platform MGID, media kami tidak terkait dengan materi konten tersebut
Konten berikut adalah iklan platform Recreativ, media kami tidak terkait dengan materi konten tersebut