Jembatan Terpanjang ke 2 di Indonesia yang Anti Gempa (Pixabay) |
AchehNetwork.com – Salah satu ikon Kota Bandung, Jembatan Layang Pasupati, mengukir sejarah baru pada tanggal 1 Maret 2022.
Nama yang telah melekat begitu lama di hati warga Bandung ini resmi berubah menjadi Jembatan Layang Prof. Mochtar Kusumaatmadja.
Jembatan Pasupati yang megah ini tidak hanya menjadi ikon kota, tetapi juga menyimpan kisah yang menarik dalam pembangunannya.
Awalnya dirancang pada tahun 1998 dengan tujuan menghubungkan Jalan Pasteur dan Jalan Surapati.
Perubahan nama ini terjadi setelah mendapat persetujuan resmi dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Namun, apa yang membuat perubahan ini begitu istimewa?
Pembangunan Jembatan Layang Prof. Mochtar Kusumaatmadja tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Proyek ini bermula dari kerja sama antara Indonesia dan Kuwait, di mana pemerintah Indonesia meminjam dana sebesar Rp437 miliar dari Kuwait.
Tetapi, seperti banyak proyek besar, kendala tak terduga muncul. Konflik politik di Timur Tengah menghentikan pinjaman dari Kuwait, menghentikan proyek ini dalam masa kebuntuan.
Akhirnya, pada tahun 2003, setelah pemulihan pinjaman, proyek ini dilanjutkan. Namun, waktu pembangunan melebihi rencana awal, dan Jembatan Layang Prof. Mochtar Kusumaatmadja akhirnya diresmikan pada 12 Juli 2005 oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang saat itu menjabat sebagai presiden.
Jembatan Pasupati yang spektakuler ini memiliki panjang sekitar 2,6 km dengan lebar sekitar 21,53 meter, yang terdiri dari 2,5 km jalan layang dan sekitar 300 meter jembatan termasuk jembatan cable stayed sepanjang 161 meter.
Menariknya, Jembatan Pasupati, yang terletak di Bandung, adalah jembatan terpanjang kedua di Indonesia, hanya kalah oleh Jembatan Suramadu di Kota Madura.
Jembatan ini bukan hanya menjadi ikon visual; itu juga menjadi solusi nyata untuk mengurangi kemacetan lalu lintas di beberapa simpang jalan penting di Bandung.
Namun, salah satu fitur paling menarik adalah penggunaan teknologi anti gempa yang mengesankan. Proyek ini melibatkan perangkat yang disebut lock up device (LUD), yang dibuat di Prancis.
Jembatan ini secara keseluruhan didukung oleh 663 unit segmen yang menggantung dari 46 tiang. Setiap segmen memiliki bobot yang mencengangkan, berkisar antara 80 hingga 140 ton.
Yang tak kalah menarik adalah kehadiran jembatan cable stayed sepanjang 161 meter yang menjulang di atas lembah Cikapundung.
Ini adalah jenis jembatan tanpa kaki yang mengesankan, yang menantang teknologi dan insinyur untuk menciptakan struktur yang kuat dan memukau.
Jembatan ini memiliki 19 kabel baja yang mendukung kekuatannya, terdiri dari 10 kabel di sisi barat dan 9 kabel di sisi timur.
Inilah sejarah singkat yang mengiringi Jembatan Layang Prof. Mochtar Kusumaatmadja, yang kini telah menjadi salah satu kebanggaan Bandung dan Indonesia.
Dalam perubahan nama ini, kita tidak hanya mengenang masa lalu, tetapi juga merayakan prestasi dan teknologi yang mewujudkannya menjadi salah satu jembatan paling mengesankan di tanah air.(*)
Dapatkan update berita dan artikel menarik lainnya dari Acheh Network di Google News