Namun, Teuku Cut Muhammad menolak kerja sama tersebut.
Ia memimpin rakyatnya untuk melawan Belanda dan berjuang di pegunungan bersama mereka.
Dalam peperangan melawan Belanda, Teuku Chik Muhammad bergabung dengan pasukan Teuku Ben Daud.
Sebelumnya, Teuku Chik Muhammad telah berperang bersama Sultan saat Sultan dan Panglima Polem menjadikan Pasè dan Aceh Utara sebagai pusat pertahanan.
Berkat jasanya, akhirnya Teuku Cut Muhammad diangkat sebagai uleebalang Keureuto oleh Sultan dengan surat pengangkatan yang menggunakan cap sikureueng (stempel sembilan).
Karena itu, Keureuto memiliki dua uleebalang, yaitu Teuku Syamsarif yang diangkat oleh Belanda sebagai uleebalang Baroh (dikenal juga dengan nama Teuku Chik Di Baroh atau Teuku Chik Bentara) dan Teuku Cut Muhammad yang diangkat oleh sultan sebagai uleebalang Tunong dan diberi gelar Teuku Chik Tunong.
Teuku Chik Tunong bukanlah orang yang terobsesi dengan pangkat dan kedudukan.
Ia tidak mau tunduk kepada pengaruh asing yang sering kali menghina kehormatan Nusa, Bangsa, dan Agama.
Selalu dianggap sebagai musuh oleh bangsa asing seperti Belanda, ia tidak pernah menyerah pada pengaruh mereka.
Sifat inilah yang ia bawa ketika menjadi uleebalang.
Teuku Chik Tunong bukan hanya seorang uleebalang yang menolak bekerja sama dengan Belanda, tetapi juga seorang pemimpin Muslim yang ditakuti musuh dan dihormati rekan.
Setelah menikah dengan Cut Nyak Meutia, semangatnya dalam perjuangan melawan kekuasaan
Belanda semakin berkobar karena didukung sepenuhnya oleh sang istri.
Mereka menjadi pasangan yang harmonis, saling mendukung dalam perjuangan melawan penjajah dan kolonialis Belanda.
Tentang perjuangan Teuku Chik Tunong, Zentgraaff (1982: 148) pernah mengomentari dengan kata-kata, “sungguh sebuah kisah yang unik. Ia tiba-tiba seperti kilat, melancarkan serangan-serangan di sana-sini, dan menghilang dengan cepat. Ia cukup bijaksana untuk tidak selalu melakukan perlawanan teratur terhadap pasukan Belanda.”
Dalam berperang, Teuku Chik Tunong memiliki strategi yang cerdas dan matang.
Ia dan istrinya, sebelum menghadapi patroli Belanda, selalu menyebarkan mata-mata.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya