Tugu Kilometer 0 Indonesia di Pulau Weh, Sabang (Achehnetwork.com) |
Namun, masih banyak yang belum mengetahui latar belakang sejarah dan asal usul nama daerah yang satu ini.
Selain terkenal dengan julukan “Pulau Seribu Benteng” karena banyaknya benteng yang pernah dibangun oleh Jepang di masa lampau, Sabang juga menyimpan sejumlah sejarah menarik sebagai kota paling barat Indonesia.
Pada sekitar tahun 301 sebelum Masehi, seorang ahli geografi Yunani bernama Ptolomacus melakukan perjalanan ke arah timur dan berlabuh di sebuah pulau yang saat itu belum terkenal di Selat Malaka.
Pulau tersebut kemudian diberi nama Pulau Weh. Ptolomacus juga memasukkan pulau ini dalam peta navigasi sebagai “Pulau Emas”.
Di abad ke-12, seorang pelaut bernama Sinbad dari Sohor, Oman, melakukan pelayaran melalui berbagai rute, termasuk Pulau Weh.
Sinbad memberikan julukan “Pulau Emas” untuk Pulau Weh. Selanjutnya, para pedagang Arab yang berlayar ke Pulau Weh memberikan julukan “Shabag”, yang berarti gunung meletus.
Mungkin dari sinilah asal usul nama “Sabang” berasal.
Ada juga sumber yang menyebutkan bahwa nama Pulau “Weh” berasal dari bahasa Aceh yang memiliki arti “terpisah”.
Pulau ini dikatakan pernah digunakan oleh Sultan Aceh sebagai tempat pengasingan orang-orang buangan.
Pada masa itu, pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk membuka Sabang sebagai dermaga.
Pulau Weh dan Kota Sabang sebelum Perang Dunia II merupakan pelabuhan yang sangat penting di Selat Malaka, bahkan lebih penting daripada Temasek (sekarang Singapura).
Pada tahun 1883, dermaga Sabang dibuka sebagai pangkalan batubara untuk Angkatan Laut Kerajaan Belanda.
Kemudian, dermaga ini juga melayani kapal-kapal pedagang untuk mengangkut barang ekspor dari Sumatera bagian utara.
Pada tahun 1895, pelabuhan ini menjadi Pelabuhan Bebas Sabang yang dikelola oleh Sabang Maatschaappij setelah mendapatkan kewenangan untuk memperluas dan membangun fasilitas serta sarana penunjang pelabuhan.
Pada tahun 2000, pemerintah Indonesia menetapkan Sabang sebagai zona perdagangan bebas dan pelabuhan bebas.
Hal ini menjadikan Sabang sebagai pusat logistik bagi kapal-kapal asing yang melintasi Selat Malaka.
Lanjut Halaman 2..
Halaman : 1 2 Selanjutnya