Menyambut Hari Dayah-Pesantren 22 Oktober 2024: Mengatasi Scabies dan Pentingnya Membangun Budaya Hidup Bersih di Pesantren - Acheh Network

Menyambut Hari Dayah-Pesantren 22 Oktober 2024: Mengatasi Scabies dan Pentingnya Membangun Budaya Hidup Bersih di Pesantren

Selasa, 22 Oktober 2024 - 09:16 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

T.A. Sakti, peminat manuskrip, bahasa dan sastra Aceh/Foto: Dok. Pribadi

T.A. Sakti, peminat manuskrip, bahasa dan sastra Aceh/Foto: Dok. Pribadi

 

ACHEHNETWORK.COM – PESANTREN atau dayah,pendidikan Islami memiliki peran besar dalam menciptakan generasi masa depan yang unggul.

Hal ini tentunya harus didukung pula dengan kesehatan sumber daya manusianya.

Selama ini, salah satu masalah kesehatan yang sering muncul adalah terjadinya kasus penyakit menular seperti scabies,Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA), dan penyakit menular lainnya.

Scabies merupakan jenis penyakít kulit menular

Biasanya disebut kudis atau ‘kude’ dalam bahasa Aceh

Penyakit ini disebabkan oleh Sarcoptes scabiei atau tungau.

Hewan kecil ini mampu masuk ke dalam kulit, bertahan hidup,bahkan bertelur, dan terus berada di dalamnya hingga berbulan-bulan.

“Akibat yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah rasa gatal yang panas terutama malam hari,bengkak yang disebabkan oleh garukan, hingga munculnya kerak tebal pada kulit,” kata Kasie Promosi Kesehatan danPemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan Aceh, dr Teuku Chik Mohamed Iqbal Fauriza MKes.

Baca Juga :  Rizki Maulizar: Perangi Korupsi dengan “Membiasakan yang Benar”

Dokter Chik menyebutkan, gejala seseorang mengalami scabies pada umumnya akan timbul dalam 4 sampai 6 minggu setelah terpapar oleh tungau.

Sementara terhadap orang yang pernah mengalami scabies, gejala bisa muncul lebih cepat, sekitar 4 hari setelah itu.

Pada orang dewasa, lanjutnya, scables sering ditemukan pada sela jari tangan, sekitar area kuku,ketiak, pinggang, pergelangan tangan, telapak kaki, sekitar payudara dan alat kelamin pria, pantat,lutut, hingga area yang ditutupi perhiasan.

Baca Juga :  Menyambut Hari Pergantian Presiden Republik Indonesia: Mengenang Kembali Sejarah Kontribusi Rakyat Aceh kepada Republik Indonesia

Menurut Dokter Chik, lingkungan menjadi salah satu faktor penting yang meningkatkan risiko terjadinya scabies.

Dalam hal ini, kontak fisik yang sering terjadi dalam satu lingkungan tertutup seperti asrama dan penggunaan barang pribadí secara bersama-sama.

“Kondisi kekebalan tubuhyang lemah juga akan meningkatkan risiko seseorang mengalami scabies,terutama jenis Norwegianscabies,” tambah dia.

Lalu apa yang perlu dílakukan untuk mencegah terserang atau tertular scabies? Dokter Chik menyebutkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, di antaranya menghindari kontak langsung dengan pende rita kudis.

Selain itu, memotong kuku secara teratur, mandi setiap hari dengan menggunakan sabun, mengeringkan badan setelah mandi, dan tídak bertukar handuk, pakaian, dan alat mandi,

Baca Juga :  Aceh Perlukan Gubernur di Pilkada Tahun 2024 yang Mau Seragamkan Ejaan Bahasa Aceh!

“Juga harus menggunakan pakaian sendiri dan tidak mencampur pakaian bekas dengan pakaian yang dipakai penderita scabies”, imbuhnya.

Budaya hidup sehat Dokter Chik menyebutkan, secara umum,masalah penyakit menular sepertí scabies dan ISPA di pesantren muncul sebagai akibat dari sanitasi yang belum baik dan kurangnya penerapan perilaku sehat.

“Karena ítu, menerapkan budaya hidup sehat di pesantren merupakan hal yang sangat penting,dan iní menjadi salah satu fokus dari pemerintah kedepan. Pesantren yangsehat akan menciptakan generasi yang unggul,yang akan menjadi asset bagi bangsa ini,” Demikian Dokter Chik.***

Kontributor : T.A. Sakti

Editor : ADM

Sumber : Serambi Indonesia

Artikel Terkait

Menyambut Hari Pergantian Presiden Republik Indonesia: Mengenang Kembali Sejarah Kontribusi Rakyat Aceh kepada Republik Indonesia
Aceh Perlukan Gubernur di Pilkada Tahun 2024 yang Mau Seragamkan Ejaan Bahasa Aceh!
Rizki Maulizar: Perangi Korupsi dengan “Membiasakan yang Benar”
Tradisi Lamaran dan Pernikahan di Era Kesultanan Aceh: Antara Kebermaknaan dan Perubahan

           
Konten berikut adalah iklan platform MGID, media kami tidak terkait dengan materi konten tersebut

Artikel Terkait

Minggu, 20 Oktober 2024 - 11:31 WIB

Menyambut Hari Pergantian Presiden Republik Indonesia: Mengenang Kembali Sejarah Kontribusi Rakyat Aceh kepada Republik Indonesia

Jumat, 18 Oktober 2024 - 20:26 WIB

Aceh Perlukan Gubernur di Pilkada Tahun 2024 yang Mau Seragamkan Ejaan Bahasa Aceh!

Minggu, 27 Agustus 2023 - 01:30 WIB

Rizki Maulizar: Perangi Korupsi dengan “Membiasakan yang Benar”

Senin, 21 Agustus 2023 - 16:29 WIB

Tradisi Lamaran dan Pernikahan di Era Kesultanan Aceh: Antara Kebermaknaan dan Perubahan

Berita Terkini