ACHEHNETWORK.COM – Kabar kematian Yahya Sinwar, pemimpin Hamas yang berpengaruh di Gaza, menjadi pukulan berat bagi kelompok tersebut yang tengah terlibat konflik sengit dengan Israel.
Yahya Sinwar adalah otak di balik beberapa serangan besar terhadap Israel, yang mengubah peta konflik di kawasan tersebut.
Pemimpin Hamas yang Jarang Terlihat
Yahya Sinwar, yang dikenal obsesif dan disiplin, adalah seorang militan veteran yang jarang muncul di publik.
Selama bertahun-tahun di penjara Israel, ia belajar bahasa Ibrani, memahami musuhnya dengan sangat detail, dan memanfaatkan pengetahuannya untuk mengarahkan strategi perang Hamas.
Pada Oktober 2023, bersama dengan komandan sayap bersenjata Hamas, Mohammed Deif, Sinwar merencanakan serangan mengejutkan ke wilayah selatan Israel, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang, termasuk warga sipil.
Aksi ini mencoreng citra ketangguhan militer Israel.
Di sisi lain, respon militer Israel sangat keras, menewaskan lebih dari 42.000 warga Palestina dan membuat ribuan orang kehilangan tempat tinggal.
Strategi yang Digerakkan oleh Perang
Selain sebagai pemimpin, Sinwar juga menjadi penghubung Hamas dengan sekutu-sekutunya, termasuk Iran dan Hezbollah di Lebanon.
Perannya dalam memperkuat hubungan ini berhasil memicu keterlibatan Hezbollah dalam konflik dan memperlebar skala perang hingga melibatkan beberapa negara di kawasan.
Sinwar: Sosok yang Ditakuti dan Dihormati
Di mata Israel, Sinwar adalah musuh besar. Pejabat militer Israel bahkan menyebutnya sebagai ancaman yang lebih berbahaya dari ISIS.
Meski demikian, di kalangan Palestina, Sinwar dianggap sebagai pahlawan yang berdiri teguh melawan Israel.
Sikapnya yang keras dalam menindas ketidakpuasan publik di Gaza membuatnya sangat ditakuti, tetapi juga dihormati.
Latar Belakang Brutal
Lahir di kamp pengungsi Khan Younis, Gaza, pada tahun 1962, Sinwar tumbuh di tengah pergolakan.
Dia mulai bergabung dengan Hamas sejak awal berdirinya pada tahun 1987 dan menjadi pemimpin sayap keamanan Majd, yang bertugas membersihkan Hamas dari pengaruh Israel.
Sinwar dikenal brutal dalam menjalankan misinya, bahkan mendapat julukan “Jagal dari Khan Younis” karena tindakannya terhadap warga Palestina yang diduga berkolaborasi dengan Israel.
Kehidupan di Penjara dan Kebangkitannya
Selama ditahan di Israel, Sinwar menjadi pemimpin tahanan Hamas, mempelajari bahasa Ibrani dan mengorganisir aksi di dalam penjara.
Setelah menjalani lebih dari dua dekade di penjara, ia dibebaskan pada tahun 2011 melalui pertukaran tahanan.
Sejak saat itu, ia semakin dekat dengan sayap militer Hamas dan memperkuat posisinya sebagai pemimpin.
Meskipun jarang terlihat di publik, Yahya Sinwar tetap menjadi sosok yang mengendalikan jalannya konflik di Gaza, hingga kematiannya yang diklaim oleh Israel pada Oktober 2024.***
Editor : ADM