ACHEHNETWORK.COM – Victim blaming atau menyalahkan korban atas kejadian yang mereka alami, seperti kekerasan seksual dan kekerasan berbasis gender, menjadi masalah serius di berbagai lingkungan, termasuk di kampus Universitas Malikussaleh, Aceh Utara.
Praktik ini tidak hanya merusak kesejahteraan psikologis korban, tetapi juga menghambat proses pemulihan mereka secara signifikan.
Apa Itu Victim Blaming?
Victim blaming adalah kecenderungan untuk menuduh korban atas insiden yang menimpa mereka, seperti dalam kasus pelecehan seksual.
Hal ini sering terjadi ketika masyarakat atau individu menyalahkan korban karena cara berpakaian, sikap, atau lokasi saat insiden terjadi. Di lingkungan kampus, victim blaming berpotensi memperburuk trauma, sehingga korban merasa enggan melapor atau mencari bantuan.
“Victim blaming menunjukkan kurangnya pemahaman tentang kekerasan seksual dan hak-hak korban,” ujar Laily, mahasiswa Psikologi Unimal.
Pentingnya Edukasi dan Sosialisasi di Kampus
Untuk mengatasi masalah ini, kampus memiliki tanggung jawab untuk memberikan edukasi terkait pelecehan seksual serta menyediakan mekanisme pelaporan yang aman bagi korban.
Membentuk lingkungan yang empati dan mendukung korban sangat penting untuk memastikan kampus menjadi tempat yang mempromosikan kesetaraan dan keadilan.
Langkah-langkah yang bisa diambil oleh kampus meliputi:
- Pelatihan kesadaran gender bagi mahasiswa dan staf.
- Kerja sama dengan organisasi yang fokus pada isu kekerasan seksual.
- Pembentukan kebijakan yang melindungi korban dan mendukung pemulihan mereka.
Dampak Victim Blaming Terhadap Kesehatan Mental Mahasiswa
Berikut beberapa dampak psikologis dari victim blaming yang sering dialami mahasiswa korban pelecehan di Universitas Malikussaleh:
- Rasa Malu dan Bersalah
Korban sering kali merasa bahwa mereka bertanggung jawab atas insiden yang terjadi, yang menimbulkan rasa malu dan bersalah. Perasaan ini dapat mengarah pada rendah diri dan ketidakberdayaan. - Kecemasan Berlebih
Victim blaming meningkatkan rasa cemas korban, terutama terkait bagaimana reaksi orang lain terhadap cerita mereka. Rasa takut terhadap stigma sosial sering kali membuat korban menarik diri dari interaksi sosial. - Penurunan Harga Diri
Stigma yang melekat akibat victim blaming membuat mahasiswa korban merasa tidak berharga. Ini dapat berdampak negatif pada motivasi akademik serta keterlibatan dalam aktivitas sosial. - Isolasi Sosial
Korban cenderung menarik diri dari lingkungan sosial untuk menghindari penilaian negatif. Isolasi ini memperburuk perasaan kesepian dan dapat memperparah kondisi kesehatan mental mereka. - Hambatan dalam Pemulihan
Ketika korban merasa tidak didukung oleh lingkungan, mereka mungkin enggan untuk mencari bantuan atau melaporkan insiden yang mereka alami. Hal ini memperpanjang trauma dan menunda proses pemulihan.
Kesimpulan
Dampak victim blaming sangat signifikan terhadap kesehatan mental mahasiswa di Universitas Malikussaleh.
Kampus harus berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran, menyediakan dukungan, serta menciptakan ruang aman bagi korban.
Dengan edukasi yang tepat dan kebijakan yang berpihak pada korban, stigma victim blaming dapat dihilangkan, memungkinkan mahasiswa untuk merasa didukung dan mendapatkan pemulihan yang layak.
Daftar Pustaka
- Kumparan.com. (2024). 5 Dampak Victim Blaming Terhadap Kesehatan Mental.
- Lestari, P., et al. (2022). Atribusi – Victim Blaming pada Korban Kekerasan Seksual.
- PHCM.co.id. Mengenal Victim Blaming dan Bahayanya untuk Kesehatan Mental.
Kontributor : Rizki Maulizar
Editor : ADM