ACHEHNETWORK.COM – Enam desa di Kecamatan Tadu Raya, Kabupaten Nagan Raya, Aceh, kini terisolir akibat akses jalan penghubung yang putus diterjang banjir.
Ratusan warga terpaksa menggunakan perahu fiber sebagai alat transportasi sementara karena tidak ada jalur alternatif terdekat.
Dilansir AchehNetwork.com dari RRI.co.id, Furqan, Sekretaris Desa (Sekdes) Alue Siron, menjelaskan, bahwa masyarakat tidak punya pilihan selain menggunakan perahu untuk menyeberang.
“Tidak ada jalan lain yang bisa diakses, jadi warga harus menggunakan perahu fiber,” ujarnya.
Banjir dan Jembatan yang Ambruk
Banjir yang terjadi pada Minggu, 13 Oktober 2024, menyebabkan jembatan penghubung antara desa-desa tersebut ambruk, terbawa arus deras.
Akibatnya, seluruh kegiatan warga lumpuh total karena akses jalan utama rusak berat.
Tak hanya jembatan, aspal di sepanjang jalan penghubung juga mengalami kerusakan parah.
Transportasi Sementara untuk Pelajar
Setiap pagi, perahu fiber menjadi satu-satunya alat transportasi yang digunakan oleh pelajar tingkat SMA untuk menyeberangi sungai agar dapat bersekolah.
Namun, siswa SD yang biasanya menempuh perjalanan ke sekolah harus dipindahkan sementara ke balai pengajian (TPA) di seberang.
“Hanya pelajar SMA yang masih menyeberang, sedangkan siswa SD belajar di TPA,” ungkap Furqan.
Bencana Rutin yang Kian Parah
Angkasyah, seorang tokoh masyarakat Alue Siron, mengungkapkan bahwa banjir memang sudah menjadi bencana rutin bagi warga setempat.
Namun kali ini, kondisinya diperparah oleh pembuangan air dari perusahaan perkebunan kelapa sawit.
Aliran air yang melalui parit besar menyebabkan banjir semakin parah dan merusak infrastruktur.
“Banjir sudah sering terjadi, tapi kali ini jauh lebih buruk karena pembuangan air dari perusahaan,” kata mantan Kepala Desa Alue Siron itu.
Harapan untuk Perbaikan Infrastruktur
Warga berharap agar Pemerintah Kabupaten Nagan Raya segera turun tangan untuk memperbaiki jalan yang rusak agar aktivitas warga bisa kembali normal.
Karena tidak ada jalan alternatif, perbaikan akses ini menjadi sangat mendesak.
“Jalan satu-satunya ini menghubungkan Desa Alu Siron dengan lima desa lainnya. Jika harus memutar lewat kecamatan lain, perjalanan akan sangat jauh,” tambah Angkasyah.
Masyarakat berharap adanya solusi cepat agar kondisi ini tidak berlarut-larut dan mereka bisa kembali beraktivitas seperti biasa tanpa harus bergantung pada perahu fiber yang tidak praktis untuk jangka panjang.***
Editor : ADM
Sumber : RRI