Ilustrasi/pixabay |
AchehNetwork.com – Telegram, pesaing kuat WhatsApp, terus menanjak popularitasnya.
Pada 29 Juli 2024, jumlah pengguna aktif harian Telegram mencapai 3,1 juta—sebuah angka yang jauh melampaui rata-rata harian sebelumnya yang berada di kisaran 2,7 juta sejak awal tahun, menurut data dari Similarweb yang dikutip dari Firstpost pada Jumat (9/8/2024).
Yang menarik, lonjakan ini bertepatan dengan insiden tragis di Southport, di mana terjadi penikaman anak yang kemudian memicu kerusuhan besar di Inggris.
Keesokan harinya, setelah serangkaian serangan terhadap masjid-masjid lokal yang terkait dengan insiden tersebut dan melukai 50 polisi, jumlah pengguna aktif Telegram kembali meroket hingga mencapai 3,7 juta.
Polisi mengindikasikan bahwa kekerasan ini mungkin terkait dengan kelompok sayap kanan English Defence League yang diprakarsai oleh aktivis Tommy Robinson.
Pihak berwenang, analis, serta pemerintah menegaskan bahwa insiden di Southport ini menyulut gelombang kekerasan di berbagai kota Inggris, yang diperburuk oleh seruan kebencian yang menyebar di platform online seperti Telegram, TikTok, dan X.
Sebagai respons, Tech Against Terrorism, organisasi anti-terorisme yang didukung PBB, mengeluarkan peringatan darurat terkait penggunaan Telegram sebagai sarana mengorganisir kerusuhan di Inggris.
Mereka juga mengungkapkan adanya peningkatan grup ekstremis anti-Muslim dan anti-imigran di Telegram yang beranggotakan 15.000 orang.
Grup ini telah dibubarkan, namun sebelumnya sempat membagikan daftar target kekerasan dan informasi lainnya.
“Moderasi minim di Telegram dalam menyaring gerakan ekstremis berkontribusi pada maraknya kekerasan di Inggris,” ujar perwakilan dari Tech Against Terrorism.
Kondisi ini memicu seruan kepada Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, untuk segera memberlakukan regulasi yang lebih ketat bagi platform media sosial terkait ujaran kebencian di dunia maya.
Di sisi lain, CEO Telegram Pavel Durov baru-baru ini mengumumkan ambisinya untuk mencapai 1 miliar pengguna aktif bulanan pada akhir 2024, sebuah pencapaian yang semakin mendekatkan Telegram ke WhatsApp, yang telah memiliki lebih dari 2 miliar pengguna aktif pada akhir 2023.
Menurut Firstpost, Telegram memang sering digunakan sebagai ruang diskusi bagi kelompok ekstremis karena enkripsi ketat yang menjaga privasi pengguna.
“Meskipun Telegram menawarkan platform yang fokus pada privasi, ada sisi gelap yang sering dimanfaatkan oleh penjahat dunia maya,” kata Jake Moore, penasihat keamanan siber global di ESET, perusahaan keamanan siber asal Eropa.
Dengan segala kelebihannya, Telegram memang menawarkan banyak hal, tapi tentu saja, setiap teknologi memiliki dua sisi yang perlu diwaspadai.***