Ilustrasi Krisis Air dan Kerentanan Ketahanan Pangan (Pixabay) |
Jakarta, Acheh Network – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengemukakan keprihatinan atas risiko kenaikan temperatur bumi yang berpotensi memicu krisis air dan mengancam ketahanan pangan global.
Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, prediksi menunjukkan bahwa pada tahun 2050, bumi akan menghadapi peningkatan kerentanan pada stok pangan global.
“Dampaknya akan dirasakan di hampir seluruh negara, termasuk Indonesia,” tegas Dwikorita pada Senin (21/8/2023).
Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) bahkan memproyeksikan bahwa lebih dari 500 juta petani skala kecil, yang menghasilkan 80 persen stok pangan dunia, menjadi kelompok paling rentan terhadap perubahan iklim yang sedang terjadi.
“Dengan perubahan iklim ini, kita menghadapi lebih dari sekadar kenaikan permukaan air laut atau penyempitan lahan. Persoalan pangan juga menjadi semakin mendesak. Jika ini terjadi, bagaimana kita bisa mengimpor beras? Situasi ini jauh lebih parah daripada yang bisa kita bayangkan di Indonesia,” ungkap Dwikorita.
Dia juga memperkirakan bahwa jika tidak ada tindakan yang diambil oleh berbagai pihak, suhu bumi kemungkinan akan meningkat hingga 3,5 derajat Celsius.
“Saat ini, suhu bumi telah meningkat sekitar 1,2 derajat Celsius, dan kita sudah merasakan dampak ekstrem dari perubahan ini.
Namun, jika tidak ada langkah mitigasi yang signifikan, kenaikan suhu bisa mencapai 3,5 derajat Celsius. Artinya, situasi ekstrem seperti ini mungkin akan menjadi ‘normal’ di masa mendatang,” tambahnya.
Dwikorita juga menggarisbawahi bahwa Indonesia telah mengalami peningkatan suhu sejak tahun 2000-an.
Kenaikan suhu ini terlihat dalam tren yang konsisten, meskipun tingkat peningkatannya bervariasi di berbagai wilayah.
Fakta menunjukkan bahwa tren suhu rata-rata tahunan dari 1951 hingga 2021 menunjukkan adanya peningkatan yang merata, dengan tingkat kenaikan yang berbeda di berbagai wilayah.
“Dalam beberapa dekade terakhir, peningkatan suhu terbesar terjadi di Kalimantan, Sulawesi, bagian selatan Sumatera, serta wilayah Jakarta dan sekitarnya. Beberapa area bahkan mengalami peningkatan hingga 0,15 derajat per dekade,” paparnya.(*)
Dapatkan update berita dan artikel menarik lainnya dari Acheh Network di Google News