Ilustrasi Ancaman El Nino Menyapa Indonesia (Pixabay.com/josealbafotos) |
Achehnetwork.com, Jakarta – Indonesia kembali dihadapkan pada ancaman El Nino yang mengkhawatirkan.
Fenomena iklim kering ini diperkirakan akan memberikan dampak paling parah pada tujuh wilayah di Indonesia.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengemukakan prediksi bahwa El Nino akan memicu gelombang panas ekstrem di tanah air.
Puncaknya diharapkan akan terjadi pada rentang waktu Agustus hingga Oktober 2023, dan dampaknya berlanjut hingga awal 2024.
Wilayah-wilayah yang diperkirakan paling terdampak oleh El Nino adalah Sumatra bagian tengah hingga selatan, Riau bagian selatan, Jambi, Lampung, Banten, dan Jawa Barat.
Ardhasena Sopaheluwakan, Pelaksana Tugas Deputi Bidang Klimatologi BMKG, menjelaskan bahwa ketujuh wilayah ini diidentifikasi sebagai yang berpotensi menerima dampak paling signifikan dari El Nino.
Prediksi mengindikasikan bahwa curah hujan akan sangat jarang terjadi di wilayah ini, sehingga meningkatkan risiko terjadinya kondisi kekeringan.
Ardhasena menyatakan, “Wilayah-wilayah ini harus diwaspadai mulai dari Agustus hingga Oktober 2023. Sebagian besar wilayah di selatan khatulistiwa Indonesia diperkirakan akan mengalami curah hujan yang minim, kecuali daerah-daerah dengan topografi tinggi.”
Pernyataan ini ia sampaikan dalam Focus Group Discussion Antisipasi El Nino yang digelar di Kantor Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada Senin, 7 Agustus 2023 di Jakarta.
Dalam rentang waktu Agustus hingga Oktober 2023, terdapat beberapa hal yang perlu menjadi perhatian bagi masyarakat Indonesia.
Ancaman kekeringan yang disebabkan oleh El Nino dapat mengakibatkan gagal panen, terutama di daerah-daerah yang terdampak.
BMKG pun mengajukan permintaan kepada Kementerian Pertanian untuk segera mengambil langkah-langkah mitigasi yang efektif.
Terlebih lagi, BMKG mengingatkan bahwa Jawa Barat memiliki luas lahan pertanian yang cukup besar, sehingga perlu diantisipasi dampak parah yang mungkin diakibatkan oleh El Nino.
Ardhasena menekankan, “Wilayah Jawa Barat yang memiliki banyak lahan pertanian perlu melakukan langkah-langkah siaga, seperti optimalisasi pengelolaan air hujan atau bahkan pengumpulan air hujan seperti yang telah dilakukan di Sulawesi Tengah.”
Dengan demikian, langkah-langkah proaktif ini diharapkan dapat membantu mengurangi dampak buruk El Nino yang dapat merugikan sektor pertanian dan kehidupan masyarakat.(*)
Dapatkan update berita dan artikel menarik lainnya dari Acheh Network di GOOGLE NEWS