Anak Korban Penembakan oleh Militer di Simpang KKA Ceritakan ke Jokowi saat Ayahnya Tertembak (Foto: Ist) |
PIDIE – Seorang anak korban yang masih terus merasakan luka akibat peristiwa tragis di Simpang KKA telah membagikan kisahnya kepada Presiden Joko Widodo.
Di tengah kick-off pelaksanaan rekomendasi penyelesaian non-yudisial pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat di Rumoh Geudong, Kabupaten Pidie, anak tersebut memberikan kesaksian yang menggugah hati pada Selasa (27/6).
Akbar Maulana, seorang pelajar SMA di Nisam, Aceh Utara, adalah nama anak korban yang dipanggil oleh Presiden Jokowi, ketika ia masih mengenakan seragam sekolah.
“Bolehkah kamu berbagi sedikit cerita tentang peristiwa yang terjadi, baik dari cerita orang tua maupun tetangga?” tanya Jokowi kepada Akbar.
Akbar pun menjawab bahwa ayahnya merupakan korban penembakan di peristiwa Simpang KKA, Aceh Utara.
Saat itu, ayahnya masih bersekolah di SMA, dan ketika pulang sekolah, ia melihat keributan di lokasi tersebut. Tanpa ragu, ayahnya mendekati keributan itu dan kemudian terkena tembakan.
“Saat itu, ayah baru pulang sekolah, ada keramaian, lalu ia pergi ke Simpang KKA karena penasaran. Kemudian, dia tertembak,” ujar Akbar.
Jokowi kemudian kembali menanyakan keadaan orang tua Akbar setelah peristiwa penembakan tersebut.
“Bagaimana keadaan ayahnya setelah itu?” tanya Jokowi lagi.
Mendapat pertanyaan tersebut, Akbar menjawab bahwa setelah tertembak, ayahnya terpaksa berbaring di tanah untuk melindungi diri.
“Setelah ditembak, ayah terpaksa berbaring di tanah,” ucapnya.
Akbar juga merasa tidak nyaman untuk menceritakan semua yang dia ketahui tentang penembakan tersebut kepada Jokowi
“Tidak semua hal dapat saya ceritakan,” kata Akbar.
Sebagai anak korban, Akbar menerima beasiswa pendidikan karena orang tuanya terdaftar sebagai penerima bantuan pemulihan hak bagi korban pelanggaran HAM berat dalam peristiwa Simpang KKA.
Sebelumnya, Presiden Jokowi secara resmi meluncurkan program pelaksanaan rekomendasi penyelesaian non-yudisial pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat masa lalu di Indonesia.
Kisah tragis yang dibagikan oleh Akbar kepada Presiden Jokowi mengingatkan kita akan pentingnya menegakkan keadilan dan memastikan bahwa pelanggaran HAM berat tidak terulang lagi di masa depan.
Melalui pengungkapan kisah-kisah seperti ini, diharapkan langkah-langkah untuk pemulihan dan rekonsiliasi dapat diambil, membawa harapan dan keadilan bagi korban dan keluarga mereka.(*)