ACHEHNETWORK.COM – Istilah ‘crazy rich’ kini begitu populer digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang sangat kaya.
Namun, jauh sebelum istilah ini dikenal luas, ada sosok dari Aceh yang hidup dengan kekayaan berlimpah dan memiliki peran besar dalam pembangunan bangsa.
Salah satu tokoh tersebut adalah Teuku Markam, seorang pengusaha kaya asal Aceh yang tidak hanya sukses secara materi, tetapi juga memberikan sumbangsih besar bagi Indonesia.
Sayangnya, ia mengalami pengkhianatan dari negara yang ia cintai.
Teuku Markam: Latar Belakang Sang Pengusaha
Teuku Markam lahir pada 12 Maret 1925 di Alue Campli, Seunuddon, Aceh Utara.
Ayahnya, Teuku Marhaban, adalah seorang uleebalang (pemimpin adat), namun Teuku Markam kehilangan ayahnya di usia yang sangat muda.
Dibimbing oleh kakaknya, Cut Nyak Putroe, ia tumbuh menjadi sosok yang tangguh. Meski pendidikannya hanya sampai kelas empat sekolah rakyat (setara SD), Teuku Markam bertekad untuk berjuang demi bangsanya.
Di usia remaja, ia menempuh pendidikan militer di Koetaradja (kini Banda Aceh) dan berhasil meraih pangkat letnan satu.
Setelah menempuh karier militer yang cemerlang, termasuk ikut berperang melawan Belanda sebagai penyelundup senjata, Teuku Markam memutuskan untuk fokus di dunia bisnis pada tahun 1957.
Bisnis yang ia dirikan, PT Karkam, bergerak di bidang ekspor karet dari Sumatera Selatan dan berkembang pesat.
Keberhasilannya di dunia bisnis membuatnya dikenal sebagai pengusaha sukses yang menguasai beberapa proyek besar negara, termasuk sektor otomotif dan material bangunan.
Sumbangsih Teuku Markam untuk Indonesia
Salah satu kontribusi terbesar Teuku Markam bagi Indonesia adalah sumbangan emas untuk Monumen Nasional (Monas).
Monas, yang mulai dibangun pada 17 Agustus 1961, dirancang sebagai simbol kebangkitan Indonesia.
Untuk memperindah puncaknya, dibutuhkan 38 kilogram emas, dan 28 kilogram di antaranya adalah hasil sumbangan Teuku Markam.
Jika dihitung, 28 kilogram emas yang disumbangkan oleh Teuku Markam setara dengan lebih dari satu miliar rupiah pada masa itu.
Namun, sumbangan ini bukan soal jumlah materi semata, melainkan bukti kecintaan dan pengabdiannya kepada bangsa Indonesia.
Pengkhianatan oleh Negara
Sayangnya, masa kejayaan Teuku Markam mulai meredup seiring jatuhnya pemerintahan Orde Lama dan naiknya Soeharto.
Teuku Markam dituduh terlibat dalam peristiwa G30S/PKI serta dianggap sebagai koruptor yang dekat dengan Soekarno.
Tuduhan ini tidak pernah dibuktikan di pengadilan, tetapi pada tahun 1966, ia ditahan tanpa proses hukum selama dua tahun.
Setelah dibebaskan, seluruh aset milik Teuku Markam disita oleh pemerintah dan dialihkan ke perusahaan negara.
Soeharto, sebagai Ketua Presidium Kabinet Ampera saat itu, mengeluarkan Keppres yang mengatur penyitaan aset PT Karkam dan perusahaan lainnya yang dimiliki oleh Teuku Markam, dengan dalih bahwa kekayaan tersebut digunakan untuk modal negara.
Kehidupan di Akhir Masa…
Halaman Selanjutnya…
Halaman : 1 2 Selanjutnya
Editor : ADM