|
Rwanda, Singapuranya Afrika/Foto: opendemocracy/puxabay |
AchehNetwork.com – Kalian pernah dengar nggak kalau Rwanda sekarang disebut-sebut sebagai “Singapura-nya Afrika”?
Ya, negara kecil ini punya cerita luar biasa yang bikin banyak orang terkejut, terutama kalau kita mengingat sejarah kel;am yang pernah terjadi di sana.
Kalau ngomongin Afrika, mungkin yang terlintas di pikiran banyak orang adalah kekerasan, korupsi, dan ketidakstabilan.
Tapi hei, Afrika itu benua yang luas banget, dan nggak semuanya suram.
Contohnya Rwanda ini, yang justru lagi berjuang keras untuk dikenal sebagai salah satu negara teraman di benua itu.
Bayangin deh, 25 tahun lalu, harapan hidup orang Rwanda cuma 28 tahun.
Tapi sekarang, angka itu naik drastis jadi 67 tahun! Ini nggak main-main, karena angka ini termasuk yang terbaik keempat di Afrika dan hampir menyamai rata-rata dunia.
Bisa dibilang, Rwanda sudah melewati masa kelamnya dan kini mulai menanjak menuju masa depan yang lebih cerah.
Ngomong-ngomong soal keamanan, mungkin kamu bertanya, “Apakah Rwanda benar-benar negara teraman di Afrika?”
Yah, sekarang mereka sudah menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, tepatnya di urutan ke-15.
Dan pemerintahnya punya mimpi besar, mereka ingin Rwanda menjadi seperti Singapura di Afrika!
Kenapa Singapura? Karena Singapura adalah contoh nyata bagaimana negara kecil bisa jadi pusat ekonomi dunia.
Negara ini dulunya bukan apa-apa, tapi lihat sekarang, dengan ekonomi senilai $320 miliar, Singapura jadi salah satu pusat bisnis paling penting di dunia. Dan Rwanda ingin mengikuti jejak itu.
Presiden Rwanda, Paul Kagame, yang dikenal sebagai “jenderal paling sukses yang masih hidup,” mendeklarasikan misi ini.
Dia nggak main-main, karena kalau dilihat dari perkembangannya, Rwanda memang sedang berjalan di jalur yang benar.
Coba kita lihat dari sisi geografis. Singapura berada di lokasi strategis, dekat dengan pusat-pusat bisnis di Timur Tengah, India, Asia Timur, dan Australia.
Rwanda, di sisi lain, juga punya keuntungan geografis, karena berada di pusat Afrika.
Meskipun begitu, lokasi aja nggak cukup kalau aksesibilitasnya susah, kan?
Makanya, Rwanda serius banget membangun maskapai penerbangannya, RwandAir.
Sekarang, mereka punya rute ke Dubai, Brussels, London, dan sebentar lagi bakal terbang ke China dan New York.
Ini jelas langkah besar untuk menghubungkan Rwanda dengan dunia luar, mirip dengan yang dilakukan Singapura dengan Singapore Airlines-nya.
Bicara soal Rwanda, kita juga harus inget sejarah mereka yang kelam.
Konflik antar etnis yang terjadi di Rwanda, terutama antara Hutu dan Tutsi, membawa negara ini ke dalam genosida yang mengerikan pada tahun 1994.
Saat itu, hampir satu juta orang tewas dalam waktu 100 hari.
Tapi di sinilah Paul Kagame muncul sebagai pemimpin yang berhasil menghentikan kekejaman tersebut dan membawa Rwanda menuju era baru.
Di bawah kepemimpinannya, Rwanda berkembang pesat. Dengan program ambisiusnya, Rwanda Vision 2020, negara ini menetapkan target untuk membangun pemerintahan yang baik, meningkatkan pendidikan, kesehatan, teknologi informasi, dan mempermudah investasi.
Hasilnya? Rwanda sekarang punya tingkat melek huruf yang meningkat pesat, dari 58% pada tahun 1991 menjadi 73% pada tahun 2018.
Selain itu, Rwanda juga punya banyak program sosial yang menarik.
Misalnya, ada program Imidigudu yang membangun rumah untuk warga desa, program Girinka yang memberikan sapi gratis kepada keluarga yang membutuhkan, dan program Umuganda di mana warga kerja bakti setiap bulan.
Bahkan, mereka punya Car Free Day dua minggu sekali biar warga bisa refreshing tanpa polusi!
Dengan semua upaya ini, nggak heran kalau Rwanda berhasil meningkatkan angka harapan hidupnya dari 28 tahun pada 1994 menjadi 69 tahun pada 2020.
Mereka juga jadi salah satu negara dengan kemudahan berbisnis terbaik di Afrika, bahkan mengalahkan negara-negara maju seperti Belanda dan Jepang dalam hal ini.
Dan, uniknya lagi, 65% anggota parlemen di Rwanda adalah perempuan, menjadikannya negara dengan representasi perempuan tertinggi di dunia!
Meskipun begitu, Rwanda masih tergolong negara miskin jika dibandingkan dengan standar global, dengan pendapatan per kapita sekitar 750 USD per tahun pada 2017.
Tapi kalau dilihat dari sudut pandang Afrika, Rwanda memang telah membuat lompatan besar dan pantas disebut sebagai Singapura-nya Afrika.
Jadi, kalau ada yang bilang Rwanda adalah contoh inspiratif di Afrika, mereka nggak salah.
Negara kecil ini telah menunjukkan kepada dunia bahwa dengan tekad dan visi yang kuat, mereka bisa bangkit dari masa lalu yang kelam dan menuju masa depan yang lebih cerah.***