Khairil Wara (36) (tengah) memulai perjalanan hidupnya sebagai perantau dengan harapan besar untuk mengubah nasib/serambinews |
AchehNetwork.com – Khairil Wara (36) memulai perjalanan hidupnya sebagai perantau dengan harapan besar untuk mengubah nasib.
Berasal dari Gampong Dayah Tuha, Kemukiman Beuracan, Kecamatan Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya, ia meninggalkan kampung halaman menuju Negeri Jiran Malaysia dengan impian meraih kehidupan yang lebih baik.
Namun, nasib berkata lain. Bukannya mencapai kebahagiaan, Khairil harus menelan pil pahit dari kenyataan yang tidak berpihak padanya.
Setelah merantau selama 15 tahun untuk mengumpulkan uang, Khairil kini mengalami gangguan jiwa.
Nasib tragis ini kini ditangani oleh Solidaritas Ummah Bansigom Aceh (SUBA) Malaysia.
Dilansir AN Creator dari Serambinews, Khairil membuat pengakuan mengejutkan kepada Ketua Umum Pusat SUBA Malaysia, Tgk Bukhari Ibrahim, dan Wakil Ketua Tgk Murdani.
Ia mengaku sudah 15 tahun merantau ke Malaysia dan kini nasibnya berakhir seperti ini.
Selama di Malaysia, Khairil bekerja di berbagai bidang: tiga tahun sebagai pekerja buruh, empat tahun memasang AC, dan tiga tahun berdagang.
Uang hasil jerih payahnya selama bekerja di Malaysia ia kirimkan ke kampung halaman dengan harapan bisa digunakan saat kembali ke Aceh.
Salah satu impiannya adalah menikahi gadis pujaan hatinya demi membangun rumah tangga yang bahagia.
Namun, kenyataan tidak seindah yang dibayangkan. Jerih payah Khairil berakhir pilu ketika uang yang ia kirimkan habis digunakan oleh keluarganya di kampung halaman.
Khairil merasa kecewa dan putus asa ketika mengetahui bahwa uang hasil kerjanya tidak cukup untuk mewujudkan impian menikah.
“Dia mengaku kecewa. Karena uang hasil kerja di Malaysia dihabiskan oleh keluarga. Karena uang tersebut persiapan untuk menikah, tiba-tiba uang telah dihabiskan oleh keluarga,” kata Tgk Bukhari mengutip pengakuan Khairil.
Akibat kekecewaan yang mendalam, Khairil mengalami gangguan jiwa selama enam bulan terakhir. “Itu pengakuan dia kepada kita. Tapi kita tidak boleh langsung percaya soal uang habis karena keluarganya. Bisa jadi ada faktor lain hingga dia kecewa dan mengalami gangguan jiwa,” ujar Tgk Bukhari.
Tgk Bukhari menyampaikan bahwa pihaknya sedang mengurus pemulangan Khairil ke Aceh melalui kedutaan.
“Untuk sementara ini, Khairil dalam penjagaan SUBA hingga semua proses tuntas dan dapat dipulangkan ke Aceh,” ujarnya.
Ia berharap masalah ini dapat menjadi pelajaran penting bagi warga Aceh yang merantau dan keluarga di kampung.
“Karena kami sudah menangani banyak perantau Aceh di Malaysia dengan berbagai persoalan. Demi kemanusiaan, kita akan kawal hingga tuntas dan Khairil dapat berkumpul dengan keluarganya di Aceh,” tegas Tgk Bukhari Ibrahim.
Kisah Khairil Wara menjadi cerminan betapa sulitnya perjuangan para perantau yang mencari nafkah di negeri orang, serta pentingnya pengelolaan keuangan dan komunikasi yang baik antara perantau dan keluarga di kampung halaman.***
sumber: serambinews