Ikustrasi Krisis keuangan di BPRS Gayo/ |
AchehNetwork.com – Suara dering telepon genggam mengubah wajah Riswani, wanita paruh baya, menjadi pucat.
Dengan ragu, ia memandang temannya yang duduk di sebelahnya, seolah meminta persetujuan.
“Ya sudah, angkat saja,” kata temannya dengan lembut.
“Ibu sedang di luar rumah, nak. Ada urusan. Kamu baik-baik di sana,” ujar Riswani kepada anaknya yang sedang menempuh pendidikan di salah satu universitas di Banda Aceh.
Ia sengaja memendekkan percakapan agar anaknya tidak terbebani oleh masalah yang sedang dihadapinya.
Riswani adalah salah satu nasabah yang tidak bisa menarik uang dari tabungan mereka di BPRS Gayo, sebuah bank yang terjerat masalah keuangan.
Antrean Panjang Nasabah di BPRS Gayo
Kemarin, Riswani bersama belasan nasabah lainnya duduk mengantre di depan meja teller bank yang berlokasi di Jalan Mahkamah, Kecamatan Lut Tawar, tepat di samping Pendopo Bupati Aceh Tengah.
Mereka menunggu giliran untuk menarik uang tabungan mereka, yang hanya bisa diambil jika ada nasabah lain yang menyetorkan uang kredit.
“Jika ada yang membayar cicilan sebesar Rp 1 juta, maka dua nasabah baru bisa menarik uang Rp 500 ribu masing-masing,” kata Riswani.
“Peraturan antrean ini kami, sesama nasabah, yang menyepakati, bukan pihak bank. Saya saja sudah antrean ke-13.”
Dampak dari Penggelapan Dana Nasabah
Bank milik Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah ini diterpa masalah serius.
Miliaran rupiah uang nasabah digelapkan oleh pegawai bank, membuat nasabah tidak bisa menarik uang mereka. Manajemen bank beralasan kas kosong.
“Kalau tidak ada yang membayar angsuran kredit, kami tidak dapat apa-apa. Ya begini hari-hari kami. Besok kami datang lagi, dan kembali seperti ini,” keluh Riswani, yang enggan mengungkapkan jumlah uang yang tersimpan di bank tersebut.
Namun, ia memastikan uang itu sangat diperlukan untuk kebutuhan harian keluarganya.
Kisah Ratna: Dari Kepercayaan Hingga Kekecewaan
Nasabah lain, Ratna, warga Kecamatan Bebesen, juga merasa dirugikan oleh kelalaian bank tersebut.
Baru-baru ini, Ratna memindahkan uang tabungannya dari Bank Syariah Indonesia (BSI) dan Bank Aceh Syariah (BAS) ke BPRS Gayo, dengan jumlah mencapai Rp 100 juta.
“Tapi sekarang tidak bisa ditarik lagi. Kas BPRS Gayo kosong. Jadi saya harus rela menunggu antrean setiap pagi sampai sore hari,” kata Ratna.
Dalam sebulan terakhir, situasi berubah drastis.
Ratna hanya ingin uangnya dikembalikan.
Upaya Pemulihan dan Investigasi
Seorang pegawai bank mengatakan BPRS Gayo memiliki ribuan nasabah, termasuk yang mengambil kredit, dari berbagai daerah termasuk Bener Meriah.
Hingga saat ini, Komisaris Utama bank, Subhandy, yang juga Sekretaris Daerah Aceh Tengah, belum memberikan pernyataan resmi.
Namun, empat pegawai bank telah dicopot dari jabatannya, termasuk direktur utama, direktur operasional, kepala bagian umum, dan bagian marketing.
Mereka diduga terlibat dalam penggelapan dana nasabah yang disebut-sebut mencapai Rp 40 miliar.
Kasus ini tengah ditangani oleh Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Aceh.
Krisis keuangan yang melanda BPRS Gayo telah menyebabkan ketidaknyamanan dan ketidakpastian bagi ribuan nasabahnya.
Dengan kasus penggelapan dana yang sedang diselidiki, harapan untuk pemulihan cepat dan pengembalian dana nasabah menjadi fokus utama.***