|
Ledakan besar di jalur Gaza/AP |
AchehNetwork.com – Gaza Utara kembali menjadi medan pertempuran yang mematikan pada Minggu (12/5/2024), ketika serangan besar-besaran dan udara diluncurkan oleh pasukan Israel dalam upaya untuk menekan militan Hamas yang beroperasi di wilayah tersebut.
Dalam pertempuran ini, terjadi konfrontasi sengit di sebagian besar bagian utara Gaza yang telah lama dilanda kehancuran akibat konflik berkepanjangan.
Serangan yang dilakukan oleh IDF menyoroti kegagalan mereka dalam mengamankan wilayah tersebut, terutama setelah operasi militer sebelumnya yang mengakibatkan kerusakan parah dan mendorong jutaan penduduk untuk mengungsi.
Di samping itu, konflik juga meluas ke bagian selatan Gaza, di mana ribuan warga melarikan diri dari kota Rafah menyusul serangkaian serangan dan peringatan dari IDF untuk mengosongkan daerah tersebut sebelum serangan dilakukan.
Kondisi yang mencekam ini telah memicu kepanikan di antara warga sipil, dengan banyak dari mereka terpaksa mencari perlindungan di tempat-tempat yang semakin terbatas.
Sementara itu, di utara Gaza, pasukan Israel telah memfokuskan operasi mereka di kamp Jabaliya dan Zeitoun, serta di Beit Hanoun dan Beit Lahiya.
Hal ini dilakukan sebagai tanggapan terhadap upaya Hamas untuk memperkuat kembali kehadirannya di wilayah tersebut, menggunakan sisa-sisa terowongan untuk melancarkan serangan terhadap pasukan Israel dan terus-menerus menembakkan roket ke wilayah Israel.
Reaksi terhadap serangan ini sangat beragam, dengan warga setempat melaporkan serangkaian serangan udara dan artileri yang menghancurkan.
Sementara itu, pejabat Israel telah mengklaim bahwa operasi mereka di Zeitoun telah berhasil melumpuhkan sekitar 30 militan Hamas.
Namun, klaim ini masih belum dapat dikonfirmasi secara independen, dan belum ada laporan resmi mengenai korban warga sipil.
Sementara itu, Israel telah melakukan penarikan sebagian besar pasukannya dari Gaza atas pertimbangan ekonomi, politik, dan diplomatik.
Namun demikian, kehadiran mereka di wilayah selatan Gaza tetap kuat, menandakan bahwa konflik masih jauh dari berakhir.
Diplomasi juga menjadi sorotan dalam konteks ini, dengan peringatan keras dari Mesir atas serangan Israel di Rafah yang dianggap melanggar perjanjian perdamaian antara kedua negara.
Dengan eskalasi konflik ini, masyarakat internasional semakin prihatin akan dampak kemanusiaan dan konsekuensi diplomatik yang mungkin terjadi.
Di tengah kekacauan ini, harapan akan tercapainya gencatan senjata dan kembalinya kedamaian sepertinya semakin suram.(*)