Gunongan di Taman Ghairah/ |
AchehNetwork.com – Pada zaman dahulu kala, keindahan cinta yang tak terpisahkan antara Sultan Iskandar Muda dari Aceh dan Putri Kamaliah dari Pahang, Malaysia, menjadi cerita yang terkenang dalam sejarah.
Sang putri yang dipanggil dengan gelar ‘Putroe Phang’ itu, dibawa oleh Sultan ke negerinya, Aceh, dan tinggal di Istana Darul Dunya yang megah.
Namun, walaupun hidup dalam kemegahan istana, Putri Kamaliah mulai merindukan daerah perbukitan nan sejuk tempat kelahirannya di Pahang.
Sultan yang penuh cinta dan pengertian, memutuskan untuk membangun sebuah kejutan istimewa bagi sang putri di tengah Taman Ghairah, yaitu Gunongan.
Gunongan, sebuah bangunan megah setinggi 9,5 meter, dibangun oleh Sultan Iskandar Muda sebagai bentuk ekspresi cintanya yang mendalam kepada Putroe Phang.
Mirip dengan Taj Mahal yang dibangun oleh Mughal Syah Jehan di India untuk Mumtaz-Ul-Zamani, Gunongan menjadi simbol keabadian cinta di tanah Aceh.
Putri Kamaliah dan dayang-dayangnya sering kali berkumpul di Gunongan, mengingatkan mereka pada perbukitan hijau yang ada di Pahang.
Sang putri bahkan sering memanjat Gunongan, mencari keteduhan dan kebebasan seperti yang dia temui di kampung halamannya.
Bangunan Gunongan memiliki bentuk oktagon yang menyerupai bunga dengan tiga lapisan.
Pintu masuknya tersembunyi di salah satu sisinya, mengarah ke lapisan teratas yang dihiasi oleh sebuah tiang batu indah dengan mahkota mutiara di tengahnya.
Meskipun telah berabad-abad berlalu, Gunongan tetap kokoh berdiri sebagai salah satu landmark bersejarah Kesultanan Aceh.
Di sekitarnya mengalir sungai Krueng Daroy yang indah, sebuah ciptaan manusia yang memperindah kompleks istana Sultan.
Tak jauh dari Gunongan, terdapat Peterana Batu Berukir. Sebuah batu berukir yang menjadi saksi bisu akan sejarah kehidupan istana, termasuk momen-momen ketika Putri Kamaliah mandi dengan air bunga di sungai Krueng Daroy.
Setelah bermain dan beristirahat di Gunongan, Putri Kamaliah biasanya bersama dayang-dayangnya melintasi Pinto Khop, gerbang penghubung antara Taman Putroe Phang dengan Istana Sultan.
Di situlah mereka melanjutkan hari dengan penuh kebahagiaan, di bawah naungan cinta yang abadi antara seorang Sultan dan Putri Pahang yang dipanggil dengan gelar ‘Putroe Phang’.(*)