|
Novy Afon aka New Athos, Abkhaszia/Foto: Fodors.com |
AchehNetwork.com – Transnistria, sebuah wilayah yang telah mendeklarasikan diri sebagai negara independen, kembali memunculkan perhatian dunia setelah presidennya secara terang-terangan meminta perlindungan dari Presiden Rusia, Vladimir Putin, terhadap Moldova.
Terletak di perbatasan antara Moldova dan Ukraina, Transnistria telah menjadi pusat konflik sejak deklarasi kemerdekaannya pada tahun 1990.
Meskipun wilayah ini mayoritas dihuni oleh etnis Rusia dan Ukraina, komunitas internasional masih menganggapnya sebagai bagian dari Moldova.
Sejarah Transnistria mencakup berbagai periode kekuasaan, mulai dari kekaisaran kuno hingga masa Uni Soviet.
Pada masa kejayaan Uni Soviet, Transnistria menjadi bagian otonom Ukraina, yang membuat bahasa Rusia umum digunakan di wilayah tersebut.
Meskipun telah mengadakan referendum pada tahun 2006 untuk memisahkan diri dari Moldova dan mencari persatuan dengan Rusia, Transnistria masih belum mendapatkan pengakuan internasional sebagai negara merdeka.
Namun, dengan sebuah pemerintahan, parlemen, militer, dan mata uang sendiri, wilayah ini telah membentuk struktur negara yang relatif mandiri.
Abkhazia, wilayah lain yang tidak diakui oleh komunitas internasional, terletak di barat laut Georgia.
Meskipun merupakan bagian dari Kerajaan Georgia pada masa lampau, Abkhazia telah berganti tangan antara kekaisaran dan kerajaan yang berbeda, termasuk masa kekuasaan Uni Soviet di mana wilayah ini menjadi destinasi wisata populer.
Setelah perang dengan Georgia pada awal 1990-an, Abkhazia memisahkan diri dari Georgia, dan meskipun Georgia kehilangan kendali atas wilayah tersebut, pengakuan internasional masih dihindari.
Meskipun beberapa negara seperti Rusia, Venezuela, dan Suriah telah mengakui Abkhazia, PBB masih memandangnya sebagai bagian dari Georgia.
Republik Artsakh, sebelumnya dikenal sebagai Nagorno-Karabakh, adalah wilayah kecil yang memisahkan diri dari Azerbaijan.
Meskipun mayoritas penduduknya adalah orang Armenia, wilayah ini telah menjadi sumber konflik antara Armenia dan Azerbaijan sejak runtuhnya Uni Soviet.
Konflik berkepanjangan antara Armenia dan Azerbaijan atas wilayah ini menyebabkan ribuan korban jiwa dan masih belum menyelesaikan status politiknya.
Meskipun telah memproklamirkan kemerdekaannya, Artsakh tetap tidak diakui oleh komunitas internasional dan masih dianggap sebagai bagian dari Azerbaijan oleh PBB.
Ossetia Selatan, wilayah kecil di utara Georgia, juga telah memisahkan diri dan tidak diakui oleh mayoritas negara di dunia.
Seiring dengan Abkhazia, Ossetia Selatan telah menjadi fokus konflik dengan Georgia sejak era Uni Soviet.
Meskipun hanya diakui oleh Rusia, Ossetia Selatan telah menciptakan struktur pemerintahan sendiri, termasuk pemilihan presiden pada tahun 2022.
Namun, konflik wilayah ini dengan Georgia masih berlanjut, dengan kedua belah pihak belum menemukan kesepakatan yang memuaskan.(*)