|
Pedagang kaki lima/foto: wikipedia |
AchehNetwork.com – Jika kita membahas tentang pedagang kaki lima, tentu kita tak bisa mengabaikan keberagaman cerita di balik istilah yang akrab di telinga kita tersebut.
Pedagang kaki lima, atau yang sering disebut PKL, adalah mereka yang meramaikan trotoar atau jalur pejalan kaki di tepi jalan raya.
Namun, tahukah kamu asal-usul istilah yang satu ini? Mari kita gali beberapa versi yang mungkin membuat kita semakin menghargai kreativitas di balik panggilan tersebut.
Jumlah Kakinya Lima
Salah satu kisah yang paling populer adalah terkait penggunaan gerobak dorong oleh para pedagang trotoar. Gerobak dengan roda dua memang sudah biasa, tetapi untuk menjaga keseimbangan, mereka menambahkan satu tiang penyangga, yang kemudian membuatnya memiliki tiga kaki.
Ditambah lagi dengan dua kaki sang pedagang, totalnya menjadi lima.
Meski demikian, cerita ini masih dipertanyakan karena penggunaan gerobak seperti itu konon baru muncul pada tahun 1980-an.
Dari Jejak “Five Feet”
Konon, pada masa penjajahan Belanda, gedung-gedung di jalan utama Batavia diwajibkan memiliki fasilitas trotoar, yang sekarang kita kenal dengan nama trotoar. Tingginya trotoar mencapai 31 cm dari permukaan jalan, sedangkan lebarnya sekitar 152 cm atau dikenal dengan istilah “five feet”. Trotoar ini menjadi arena bagi para pedagang keliling untuk menawarkan dagangan mereka.
Sambil menunggu pembeli, seringkali mereka beraktivitas di trotoar ini. Dari sini lahirlah istilah “pedagang kaki lima”, terinspirasi dari lebar trotoar yang mencapai lima kaki.
Perubahan dan Penataan
Hingga saat ini, istilah “pedagang kaki lima” masih tetap melekat dan populer. Menurut kamus bahasa Indonesia, mereka adalah pedagang yang berjualan di serambi muka toko atau di lantai tepi jalan.
Di beberapa kota besar, keberadaan pedagang kaki lima dianggap mengganggu dan merusak estetika kota.
Oleh karena itu, seringkali mereka digusur atau dipindahkan ke lokasi lain yang dianggap lebih teratur.
Meskipun demikian, panggilan akrab seperti PKL atau pedagang kaki lima tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari mereka yang berjuang untuk mencari nafkah di tepi jalan.
Istilah ini menjadi bukti ketangguhan dan daya kreativitas dari komunitas pedagang yang tak kenal lelah.(*)