Hubungan Kerajaan Aceh dan Pariaman: Kisah Trio Raja Muda Aceh Darussalam yang Mengguncang Pantai Barat Sumatera

Kamis, 11 Januari 2024 - 09:30 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kerajaan Aceh Pariaman
Gambar ilustrasi/net

AchehNetwork.com – Pariaman, sebuah kota pelabuhan di Pantai Barat Sumatera, menjadi saksi perjalanan epik pada abad ke-15 hingga ke-16 M.
Kala itu, kawasan ini, bersama dengan sejumlah pelabuhan lainnya seperti Singkel, Barus, Pasaman, Tiku, dan Padang, secara de facto dan de jure berada dalam cengkraman kuat kerajaan Aceh Darussalam.
Pimpinan saat itu adalah Sultan Alauddin Ri’ayat Syah Al-Qahhar (1537-1571 M), yang menjadikan Pariaman sebagai basis penting untuk perdagangan lada ke India, Tiongkok, dan Eropa.
Menariknya, hubungan Aceh Darussalam dengan Pariaman semakin akrab pada pemerintahan Sultan Alauddin Ri’ayat Syah Al-Qahhar.
Kerajaan Aceh dan Pariaman
Silsilah/lintassumbar.id

Anaknya, Sultan Mughal, ditempatkan sebagai Raja Muda atau wakil Sultan Aceh Darussalam di Pariaman.
Tugasnya mencakup pengawasan terhadap roda pemerintahan, baik dari segi politik, administrasi, maupun ekonomi. 
Sultan Mughal menjadi Raja Muda Aceh Darussalam pertama yang memerintah di Pariaman.
Namun, takdir berkata lain. Pada tahun 1579 M, Sultan Mughal dipromosikan menjadi Sultan Aceh Darussalam ke-6. Gelar barunya, Sultan Mukmin Sri Alam Pariaman Syah, mencerminkan peran barunya dalam pemerintahan.
Namun, masa pemerintahannya hanya berlangsung dua bulan sebelum akhirnya dibunuh. Kursi kekuasaannya diisi oleh keponakannya, Zainal Abidin.
Sultan Mukmin Sri Alam Pariaman Syah menikah dengan Raja Dewi, putri Sultan Munawar Syah dari Raja Indrapura.
Raja Dewi kemudian menjadi ipar dari Sultan Meugat Buyung Alaiddin Ri’ayat Syah, yang menggantikan Sultan Mansyur Syah sebagai Sultan Aceh Darussalam ke-9.
Raja Muda kedua yang mewakili Aceh Darussalam di Pariaman adalah Burhanuddin Syah, putra kedua Syamsul Syah.
Meski penganut mazhab Syi’ah, Burhanuddin Syah memiliki peran yang tidak tercatat dalam hikayat Aceh menurut Hamka.
Versi lain mengenai Raja Muda kedua datang dari dokumen Silsilah Nasab Sultan Aceh, yang menyebutkan Sultan Muda Mahyiddin sebagai wakil Sultan Aceh Darussalam di Pariaman.
Sayangnya, informasi tentang peran Sultan Muda Mahyiddin masih minim.
Generasi berikutnya, Sultan Umar, meneruskan tugas sebagai Raja Muda ke-3 di Pariaman.
Putrinya, Sultanah Kamalat Syah, menjadi salah satu perempuan penguasa Kesultanan Aceh Darussalam.
Ia menikah dengan Sultan Badrul Alam Jamaluddin, membentuk dinasti Arab yang kemudian dihadapkan pada kudeta oleh Pocut Muhammad, seperti yang tertuang dalam “Hikayat Pocut Muhammad”.
Puncak kekuasaan Aceh di Pariaman terhenti pada masa pemerintahan Sulthanah Tajul Alam Safiatuddin Syah (1641-1675 M).
Saat itu, sebagian besar wilayah pantai barat Minangkabau melepaskan diri dari cengkraman Aceh, menandai akhir dari era kejayaan mereka di kawasan tersebut.
Meskipun Belanda kemudian menguasai wilayah pantai Barat Sumatera pada abad ke-17, pengaruh Aceh tetap terasa di Pariaman.
Buya Hamka bahkan menyebut bahwa kedudukan Sultan Muda Aceh berada di Padusunan, bukan di Pelabuhan Pariaman, menggambarkan seberapa dalam pengaruh Aceh di kawasan tersebut.
Kisah Trio Raja Muda Aceh Darussalam di Pariaman menjadi sebuah babak sejarah yang menarik, menggambarkan perjalanan penuh liku dan dinamika kekuasaan di Pantai Barat Sumatera.(*)
Artikel ini dikutip dari lintassumbar.id
Baca Juga :  Jembatan Seunapet Lembah Seulawah: Kisah Mistis dan Kecelakaan Misterius yang Menghantui Pengguna Jalan di Aceh

Berita Terkait

6 Fakta Menarik tentang Gunung Abong-Abong: Pesona Tersembunyi di Aceh yang Menantang
Inilah Kisah Pendiri BlackBerry: Dari Raja Ponsel Dunia Hingga Kini Hanya Tinggal Kenangan
Makin Modern, Inilah 5 Kota dengan Gedung-Gedung Tertinggi di Sumatera: Infrastruktur Maju dan Ekonomi Berkembang
5 Peradaban Paling Awal dalam Sejarah Umat Manusia yang Membentuk Dunia Seperti yang Kita Kenal
Monyet Marmoset: Primata Cerdas dengan Kemampuan Komunikasi yang Menakjubkan
Pulau Semakau, Transformasi Tempat Pembuangan Akhir Menjadi Surga Hijau di Singapura
Pulau S’Espalmador: Destinasi Rahasia yang Makin Populer Setelah Katy Perry Tertangkap karna Syuting Tanpa Izin, Simak 7 Fakta Menariknya!
Menelusuri Kekayaan Budaya Aceh Melalui Pakaian Adat: Simbol Kearifan Lokal dan Warisan Melayu Islam

Berita Terkait

Kamis, 12 September 2024 - 10:23 WIB

Aceh Raih Dua Medali di Cabang Hapkido PON Aceh-Sumut 2024

Kamis, 12 September 2024 - 10:15 WIB

Anda Suhada Resmi Gantikan Alhudri dalam Pilkada Aceh Tengah

Kamis, 12 September 2024 - 09:55 WIB

Enam Warga Aceh Selatan Selamat dari Arus Banjir Sungai Mendadak Berkat Tindakan Cepat Tim Gabungan

Kamis, 12 September 2024 - 09:46 WIB

Kehebohan di Aceh Utara: Anggaran Rp 790 Juta untuk Honorium Pendeta Jadi Sorotan Publik

Rabu, 11 September 2024 - 22:27 WIB

Muhammad Iqbal Bawa Pulang Emas Pertama untuk Aceh di PON XXI!

Rabu, 11 September 2024 - 22:12 WIB

Nelayan Gampong Sagoe, Pidie Ditemukan Meninggal Dunia setelah Hilang di Laut Selama 3 Hari

Rabu, 11 September 2024 - 19:45 WIB

Aceh Raih Kemenangan Dramatis 2-1 atas Jawa Barat, Amankan Posisi Juara Grup di PON XXI 2024

Rabu, 11 September 2024 - 18:52 WIB

Dana Besar untuk Konsumsi Atlet di PON, Bagaimana Realisasinya?

Berita Terbaru