Ilustrasi (pixabay) |
AchehNetwork.com – Provinsi Aceh, dikenal sebagai Bumi Serambi Mekah, merupakan daerah yang kental dengan tradisi Islam.
Saat momen penting seperti perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW, Aceh memiliki tradisi unik dan meriah yang menggambarkan kesetiaan dan kecintaan umat Muslim Aceh kepada Nabi.
Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Aceh, disebut sebagai “Molôd,” menjadi salah satu perayaan paling sakral bagi masyarakat setempat.
Momen ini diisi dengan kenduri besar yang melibatkan anak-anak yatim dan sanak saudara.
Yang membuat perayaan Maulid di Aceh menjadi lebih unik adalah lamanya perayaan tersebut.
Berbeda dari sebagian besar tempat lain yang merayakan pada tanggal-tanggal tertentu, perayaan Maulid di Aceh berlangsung selama 4 bulan berturut-turut.
Tradisinya dimulai pada Rabiul Awal, dilanjutkan dengan Rabiul Akhir, dan kemudian Jumadil Awal.
Setiap fase perayaan ini memiliki nama khusus dalam bahasa Aceh, seperti “Molôd Awai,” “Molôd Teungöh,” dan “Molôd Akhé.”
Selama perayaan Maulid ini, masyarakat Aceh mengadakan kenduri besar yang melibatkan semua lapisan masyarakat.
Bagi mereka yang mampu, mengadakan kenduri berarti mengundang anak yatim dan semua orang yang berkumpul di masjid atau meunasah (tempat ibadah setempat).
Uniknya, makanan dalam kenduri ini diangkut dalam wadah khusus berbentuk silinder yang disebut “dalông.” Dalông ini berisi nasi beserta lauk-pauknya.
Menu kenduri Maulid di Aceh sangat istimewa. Salah satu hidangan khasnya adalah “bu kulah” atau nasi kulah, yang dimasak dengan berbagai bumbu seperti cengkeh, kapulaga, dan rempah-rempah khas Aceh lainnya.
Bu Kulah ini dibungkus dalam daun pisang yang telah dilewatkan di atas bara panas, memberikan cita rasa khas Timur Tengah dan India.
Selain Bu Kulah, hidangan lainnya yang sangat spesial adalah “Kuah pacri.”
Kuah ini terdiri dari nanas yang dimasak dalam kuah encer dengan campuran rempah-rempah seperti cengkeh, kapulaga, cabai merah, dan daun pandan untuk aroma khas.
Menu-menu lainnya meliputi berbagai jenis daging seperti sapi, kambing, ayam, dan bebek.
Selama kenduri Maulid, hidangan khusus juga disajikan, seperti “Bu lukat” atau nasi ketan yang dibalut dalam topeng kelapa yang telah digongseng dengan gula dan diletakkan di atas daun pisang dalam bentuk limas.
Sebelum menyantap hidangan Maulid, masyarakat Aceh berkumpul untuk berdzikir dan berdoa, serta melantunkan shalawat.
Setiap perayaan Maulid di Aceh, kenduri diadakan pada siang hari dan dilanjutkan dengan ceramah agama pada malam hari.
Tradisi perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Aceh bukan hanya mencerminkan kecintaan kepada Nabi Muhammad S.A.W, tetapi juga menjadi bagian integral dari budaya dan sejarah Aceh.
Tradisi ini telah diwariskan secara turun-temurun dan memiliki dasar sejarah yang kuat, seperti yang tercatat dalam surat wasiat Sultan Aceh pada tahun 1507.
Dengan semangat dan kecintaan yang tinggi, masyarakat Aceh menjalankan tradisi ini dengan penuh kegembiraan, menjadikannya perayaan yang membawa perubahan positif dalam kehidupan manusia dan mempererat tali silaturahmi di antara desa-desa Aceh.
Perayaan Maulid Nabi Muhammad di Aceh adalah bukti nyata dari kekayaan budaya dan keimanan yang mendalam di Bumi Serambi Mekah.(*)
Dapatkan update berita dan artikel menarik lainnya dari Acheh Network di Google News