Ilustrasi Pejuang Aceh tempo dulu (Foto: Ist) |
Negeri ini begitu padat penduduknya sehingga dijuluki dengan sebutan “Keujreuën Lalat”.
Sejarah Keureuto pun memiliki tempat yang terhormat dalam lembaran sejarah.
Pada masa pemerintahan Sultan Aceh, Uleebalang Keureuto turut berpartisipasi dalam musyawarah dan pengambilan keputusan.
Oleh karena itu, melihat potensi yang dimiliki oleh daerah ini, Belanda berusaha untuk menguasainya.
Setelah Belanda berhasil mengendalikan daerah ini, luasnya wilayah Keureuto pun berkurang dan menjadi bagian dari onderafdeling Lhok Sukon.
Uleebalang pertama yang memerintah Keureuto adalah Teuku Keujreuen Peugamat, dan yang terakhir hingga Indonesia merdeka adalah Teuku Raja Sabi.
Namun, salah satu uleebalang yang sangat terkenal dari daerah ini adalah Cut Nyak Asiah.
Setelah suaminya, Teuku Chik Muhammad Ali, meninggal dunia, Cut Nyak Asiah menggantikannya.
Ia adalah seorang wanita yang tangkas dan bijak dalam berbicara di majelis.
Dalam setiap konsultasi dengan uleebalang cut-nya, ia memimpin pertemuan tersebut tanpa bantuan dari orang lain.
Pernikahan antara Cut Nyak Asiah dan Teuku Chik Muhammad Ali menghasilkan dua orang anak, tetapi keduanya meninggal pada usia dini.
Menurut adat, seorang uleebalang yang meninggal harus digantikan oleh keturunannya.
Oleh karena itu, Cut Nyak Asiah mengambil dua putra dari saudaranya, T. Ben Berghang, yang bernama Teuku Syamsarif dan Teuku Cut Muhammad, sebagai anak-anaknya.
Setelah Cut Nyak Asiah meninggal, Belanda yang telah menduduki Keureuto berusaha menerapkan politik adu domba.
Mereka mengangkat Teuku Syamsarif, yang tidak disukai oleh rakyat dan bersedia bekerja sama dengan Belanda, sebagai uleebalang.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya