Dalam Jejak Sejarah: Sultan Ali Mughayat Syah, Penyelamat Agama dan Pemersatu Nusantara - Acheh Network

Dalam Jejak Sejarah: Sultan Ali Mughayat Syah, Penyelamat Agama dan Pemersatu Nusantara

Jumat, 14 Juli 2023 - 16:09 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sultan Ali Mughayat Syah, Kesultanan Aceh Darussalam, Imperium Islam, Perlawanan terhadap Kerajaan Portugis, Penyebaran Agama Nasrani, Pemersatu Nusantara, Sejarah Asia Tenggara.
Ilustrasi (Achehnetwork.com)
ACHEHNETWORK.COM – Kisah perjalanan Kerajaan Portugis di wilayah Selat Malaka telah tercatat dalam berbagai sumber sejarah.

Pada tahun 1509 Masehi, di bawah pimpinan Laksamana Kapal Diogo Lopez de Seqqueira, Kerajaan Portugis pertama kali menginjakkan kaki di perairan Selat Malaka.

Mereka awalnya singgah di pelabuhan Kesultanan Aceh Darussalam dengan tujuan berdagang, dan diterima dengan baik oleh Sultan Aceh.

Kemudian, mereka melanjutkan perjalanan ke Kesultanan Malaka dan juga diterima dengan baik oleh Sultan Malaka untuk kegiatan perdagangan.

Namun, gerak-gerik Portugis mulai mencurigakan seiring berjalannya waktu.

Kecurigaan terhadap Portugis membuat Sultan Malaka memerintahkan penangkapan rombongan Laksamana Diogo Lopez de Seqqueira.

Pada abad ke-16, Kerajaan Portugis dan Kerajaan Spanyol mulai hadir di wilayah Asia Tenggara dengan tujuan menggantikan Agama Islam dengan Agama Nasrani, menjalankan misi religius mereka.

Namun, Kesultanan Aceh Darussalam di bawah kepemimpinan Sultan Ali Mughayat Syah dengan tegas menentang upaya Portugis dalam penyebaran Agama Nasrani serta pengaruhnya terhadap kesultanan-kesultanan di Asia Tenggara.

Oleh karena itu, Kesultanan Aceh Darussalam secara terus-menerus melancarkan serangan terhadap Portugis di wilayah Asia Tenggara, berperan besar dalam mempertahankan Agama Islam di kawasan ini.

Selain misi keagamaan, Kerajaan Portugis juga tertarik dengan kekayaan rempah-rempah di Asia Tenggara yang pada saat itu menjadi komoditas yang paling dicari dan bernilai tinggi di pasar dunia.

Proses terbentuknya Kesultanan Aceh Darussalam memiliki berbagai pendapat dari sejarawan lokal maupun mancanegara, dan beberapa manuskrip kuno Aceh juga menyimpan informasi tentang sejarah berdirinya kesultanan ini.

Dalam konteks ini, beberapa pendapat dari sejarawan yang dianggap logis dan setuju dengan pendapat tersebut menyebutkan bahwa Kesultanan Aceh Darussalam terbentuk melalui penggabungan dua kesultanan besar di wilayah Aceh Rayeuk (sekarang Aceh Besar), yaitu Kesultanan Meukuta Alam dan Kesultanan Darul Kamal.

Baca Juga :  Kekompakan Rakyat Aceh dan Sumatera Barat Sumbangkan Pesawat untuk RI: Cikal Bakal Maskapai Indonesia, Begini Sejarahnya...

Sejarawan Perancis yang tertarik mempelajari sejarah Kesultanan Aceh Darussalam, Denys Lombard, menjelaskan dengan jelas kronologi pembentukan Kesultanan Aceh Darussalam yang pertama kali, dan ia menyatakan dengan tegas bahwa Sultan Ali Mughayat Syah adalah sultan pertama dan pendiri sejati Kesultanan Aceh Darussalam.

Lombard menulis bahwa Sultan Ali Mughayat Syah adalah sultan pertama dari Kesultanan Aceh Darussalam dan pencetus kekuasaan Aceh yang kuat, yang melandasi perkembangan Kesultanan Aceh Darussalam selanjutnya.

Keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan adiknya, Raja Ibrahim.

Meskipun tanggal naik tahtanya Sultan Alauddin Ali Mughayat Syah tidak diketahui dengan pasti, nisan makamnya menunjukkan tanggal wafatnya pada 7 Agustus 1530 Masehi.

Selain pendapat Denys Lombard, terdapat juga informasi dari salah satu manuskrip kuno karya Ulama Gujarat (India), yang juga menjabat sebagai Qadhi Malik al-Adil (penasehat sultan) Kesultanan Aceh Darussalam pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Thani (1636-1641 Masehi), yaitu Syekh Nuruddin Ar-Raniry.

Dalam karyanya, Bustan al-Salatin (taman raja-raja), beliau menyatakan bahwa sultan pertama yang memerintah Kesultanan Aceh Darussalam adalah Sultan Ali Mughayat Syah.

Sultan Ali Mughayat Syah merupakan salah satu sultan terkenal dalam sejarah dunia, sebagai seorang pahlawan dan penyatuan kesultanan-kesultanan kecil di sekitar Kesultanan Aceh Darussalam.

Beliau menjadi momok yang menakutkan bagi Kerajaan Portugis.

Sultan Ali Mughayat Syah resmi dinobatkan sebagai Sultan Aceh Darussalam pada tahun 1511 Masehi, dengan gelar “Sri Sultan Alauddin Johan Ali Ibrahim Mughayat Syah Zhilullah Fil ‘Alam”.

Baca Juga :  Mengundang Keberuntungan: 6 Jenis Daun Ini Bisa Dijadikan Penarik Rezeki Loh.. Berikut Syarat dan Caranya..

Pada awal pemerintahannya sebagai Sultan Aceh Darussalam, Sultan Ali Mughayat Syah melancarkan pembangunan besar-besaran di dalam kesultanan tersebut di semua aspek.

Menghadapi ancaman dari Kerajaan Portugis yang sedang gencar mempengaruhi kesultanan di Asia Tenggara, terutama setelah Kesultanan Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511 Masehi, Sultan Ali Mughayat Syah mulai mengambil tindakan.

Dalam upayanya membangun Kesultanan Aceh Darussalam, Sultan Ali Mughayat Syah merancang program-program yang menjadi dasar pembangunan negara, serta memperkuat keyakinan dan kenyataan untuk menjadikan Kesultanan Aceh Darussalam sebagai kekuatan yang tangguh di panggung dunia.

Beberapa program yang dijalankan oleh Sultan Ali Mughayat Syah selama pemerintahannya antara lain:

  1. Sebuah negara tidak dapat berdiri hanya dengan wilayah sekecil kampung, kota, atau beberapa ratus kilometer. Kesultanan yang kuat harus memiliki wilayah luas, setidaknya sebesar wilayah Kesultanan Aceh Darussalam yang menyatukan banyak wilayah di Asia Tenggara, meskipun Kesultanan Melayu yang besar, Malaka, telah jatuh di bawah pengaruh Portugis.
  2. Kejatuhan kekuatan Portugis di tanah Melayu oleh Kesultanan Aceh Darussalam membuktikan bahwa pengaruh bangsa imperialis di tanah Melayu dapat dihalau.
  3. Untuk melawan serangan dari bangsa imperialis, diperlukan pembangunan armada yang kuat dan tangguh.
  4. Memperkuat ekonomi dalam negeri agar tidak mudah digoyahkan oleh pengaruh bangsa imperialis.

Mengacu pada apa yang dikemukakan oleh sejarawan Perancis Denys Lombard, yang mencatat bahwa upaya Sultan Ali Mughayat Syah berhasil dilaksanakan, terbukti dari sumber-sumber Portugis yang menyebutkan kemenangan Sultan Ali Mughayat Syah dalam menaklukkan Kesultanan Haru, Kesultanan Daya, Kesultanan Pedir, dan Kesultanan Samudra Pasai pada tahun 1524 Masehi.

Artikel Terkait

Mengenal Libya: Dari Kekuasaan Gaddafi Hingga ke Kekacauan Pasca Perang
Sejarah Jatuhnya Monarki Irak: Kisah Tragis King Faisal II dalam Kudeta Irak
Utqiagvik: Kota Tanpa Matahari Selama Berbulan-bulan
Krisis Laki-laki di Rusia: Dampak Perang dan Ketidakseimbangan Gender
Transformasi Korea Selatan: Dari Negara Miskin hingga Macan Asia
Inilah La Jument, Mercusuar Paling Berbahaya di Dunia, Berani Mencoba Tantangan Ini?
Keunikan 5 Negara Tanpa Sungai: Fakta Menarik dan Cara Bertahan di Tengah Keterbatasan Alam
Misteri Suku Wajak: Jejak Fosil dan Teori Hilangnya Salah Satu Manusia Purba di Nusantara

Konten berikut adalah iklan platform MGID, media kami tidak terkait dengan materi konten tersebut
Konten berikut adalah iklan platform Recreativ, media kami tidak terkait dengan materi konten tersebut